Sabtu, 08 September 2012

Membaca Sastra Hasil Karya Buya Hamka

Membaca Sastra Hasil Karya Buya Hamka

Entah kenapa, belakangan ini tiba-tiba aku jadi sangat ingin membaca novel buah tangan Buya Hamka. Dulu aku hanya pernah membaca beberapa buah buku beliau seperti Merantau Ke Deli, Empat Bulan Di Amerika, Adat Minangkabau Menantang Revolusi. Itu pun karena secara tidak sengaja menemukan buku-buku tersebut, lupa entah punya siapa, lalu membacanya. Aku sudah pernah mendengar tentang karya beliau yang lain seperti Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, tapi belum pernah membaca karena belum pernah menemukannya. 

Sekarang, ketika segala sesuatu bisa di'google', aku berhasil menemukan kontak untuk memesan buku-buku tersebut, yang ternyata masih ada di jual di toko. Betul-betul sebuah karya yang sangat mencengangkan kepopulerannya. Masih dalam proses untuk memesannya. Aku telah menghubungi toko dimaksud dengan email, tapi belum dapat jawaban.

Tanpa sengaja, aku menemukan Di Bawah Lindungan Ka'bah utuh di sebuah web. Dalam ejaan Malaysia, meski bahasa dan alur penuturannya tetap khas Buya Hamka, dengan bahasa Indonesia yang berbau Minang. Baru sekarang inilah aku mengetahui isi cerita tersebut. Sebuah karya sastra yang sudah berumur, ditulis sekembali beliau menunaikan ibadah haji di tahun 1927, pastinya beliau tulis tangan. Aku benar-benar terkagum-kagum. 

Isi cerita Di Bawah Lindungan Ka'bah (bagi yang belum membacanya) adalah cerita 'kasih tak sampai' sepasang anak manusia, dalam hal ini Hamid dan Zainab. Zainab adalah anak kandung seorang kaya (Haji Jaafar), dan Hamid adalah anak asuh orang kaya itu. Keduanya disekolahkan Haji Jaafar bersama-sama sampai ke tingkat menengah pertama (MULO). Tamat dari sekolah menengah, keduanya berpisah. Hamid melanjutkan sekolah ke Padang Panjang, sementara Zainab tidak diizinkan lagi bersekolah karena harus masuk masa pemingitan. Hati kedua anak manusia ini saling merindukan satu sama lain, terutamanya sejak mereka mengijak usia akil baligh, tapi kondisi psikologis yang berbeda menghalangi mereka untuk mengutarakan perasaan tersebut. 

Sepeninggal Haji Jaafar, Hamid mendapat tugas sangat khusus dari ibu Zainab, membujuk Zainab agar mau dinikahkan dengan kemenakan almarhum ayahnya. Hamid melaksanakan tugas itu, menyampaikan dan membujuk Zainab agar mau dinikahkan dengan orang tersebut. Zainab menolak. Hamid, sesudah melaksanakan permintaan itu, pergi meninggalkan kota Padang dengan perasaan yang hancur. Dia mengembara ke Medan, terus ke Singapura, ke Bangkok, ke India sampai akhirnya ke Makkah. Di sanalah dia berjumpa dengan 'aku' (buya Hamka) dan menceritakan derita cintanya tersebut, setelah dibujuk oleh 'aku'.

Cerita itu berakhir dengan tragis, ketika Zainab jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Dan Hamid pun (yang juga sakit-sakitan) meninggal setelah selesai melaksanakan ibadah haji, jatuh pingsan di depan Ka'bah. Keduanya meninggal pada waktu yang hampir bersamaan.

Dalam dua novelnya (yang satunya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk), Hamka menutup cerita dengan akhir yang memilukan. Dengan akhir cerita kasih tak sampai. Di Bawah Lindungan Ka'bah yang baru saja aku baca sampai tamat, terasa sangat menarik, karena alur ceritanya mengalir sangat jelas. 

*****           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar