Minggu, 16 November 2014

Wisata Ranah Dan Mengunjungi Ma'had Syekh Ahmad Khatib

Wisata Ranah Dan Mengunjungi Ma'had Syekh Ahmad Khatib

Sudah lama seorang teman (yang adalah donatur pembangunan Ma'had Syekh Ahmad Khatib) ingin berkunjung ke sekolah itu di Koto Tuo Ampek Angkek Bukit Tinggi. Namanya B, seorang rekan sekerja di Balikpapan dan Jakarta, sejak hampir 30 tahun yang lalu. Dia bukan orang Minang tapi sudah pernah berkunjung ke Bukit Tinggi sebelumnya. Alhamdulillah, hari Senin tanggal 10 November yang lalu kunjungan itu terlaksana. Kami berangkat dari bandara Soeta Jakarta  dengan pesawat Citilink yang take off jam 7.30 pagi. 4 orang alias dua pasang. Jam sembilan lewat beberapa menit kami sudah mendarat di bandara Minangkabau. Rupanya putera sulung mereka, yang bekerja di Balikpapan juga menyusul, langsung dari Balikpapan. Pesawatnya mendarat setengah jam setelah kedatangan kami. 

Sebuah mobil Avanza sudah aku pesan dari beberapa hari sebelumnya dan sudah siap di bandara. Sudah lewat jam sepuluh ketika kami meninggalkan bandara. Setelah mampir mengisi bensin kami berhenti lagi di rumah makan Lamun Ombak beberapa kilometer dari bandara arah ke Bukit Tinggi. 

Setelah itu kami lanjutkan perjalanan. Di Lubuk Alung kami berbelok ke kiri arah ke Pariaman. Sampai di Pariaman pas saat berkumandang azan zuhur. Kami berhenti untuk shalat di sebuah mesjid, ikut berjamaah dan setelahnya menjamak shalat asar. Lalu meneruskan lagi perjalanan melalui Tiku, Lubuk Basung dan Maninjau. Di Maninjau kami berhenti sebentar untuk minum teh di sebuah restoran di tepi danau. Tercium lamat-lamat bau anyir. Beberapa pekan yang lalu ada berita bahwa berton-ton ikan di keramba mati di danau ini.

Kami daki kelok 44 dari Maninjau. Cuaca agak mendung dan hujan rintik-rintik. Kami lintasi kelok demi kelok itu. Terlihat kawanan monyet di pinggir jalan di kelok ke 13. Di bagian atas terlihat awan dan kabut. Meskipun udara berkabut dan berawan kami singgah juga ke Puncak Lawang. Ternyata pemandangan benar-benar ditutupi awan putih dan pandangan tidak lebih dari sepuluh meter. 


Dari Puncak Lawang kami terus melewati Lawang, Matur dan terus ke Bukit Tinggi di bawah siraman hujan rintik-rintik. Jam setengah lima kami sampai di Bukit Tinggi. Sudah agak gelap karena hujan. Aku salah orientasi ketika mencari hotel Graha Muslim tempat kami akan menginap yang tadinya aku pikir di jalan arah ke Payakumbuh, yang ternyata terletak di jalan Lambau. Yang ternyata di tanah perumahan tempat tinggal kami (orang tuaku) tahun 1958. Aku menyadarinya karena hotel itu berhadap-hadapan dengan Kantor Pertanian. 

Setelah bertanya dan diberitahu dimana lokasi hotel Graha Muslim, kami yang telah terlanjur mengarah ke Payakumbuh, meneruskan saja perjalanan ke kampungku di Koto Tuo Balai Gurah, tempat berdirinya Ma'had Syekh Ahmad Khatib. Kami sampai di sekolah itu menjelang maghrib. Hari masih saja hujan. 

Setelah shalat maghrib kami berbincang-bincang dengan ustad A, pimpinan sekolah. Pak B dan istrinya cukup terkesan melihat keadaan Ma'had dan santri-santrinya. Kami menyaksikan santri-santri itu makan 'berjamaah', berkelompok-kelompok 6-7 orang menghadapi piring besar. Mereka terlihat  ceria.  

Jam 7 kami tinggalkan pondok pesantren itu untuk kembali ke Bukit Tinggi, ke hotel Graha Muslim tempat kami menginap. Sebuah hotel sederhana dan murah tapi cukup bersih. Ada air panas di kamar mandinya, sesuatu yang sangat diperlukan di Bukit Tinggi yang  dingin apalagi di bawah guyuran hujan. 

Jam 8 kami keluar ke rumah makan Simpang Raya dekat tanah lapang Kantin untuk makan malam. Tidak lupa mencicipi ampiang badadiah yang rupanya disukai oleh B. 


(akan disambung)

****                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar