Kamis, 15 Mei 2025

Rumah Di Komplek Depkes II Jatibening (1)

Rumah Di Komplek Depkes II Jatibening (1) 

Komplek ini dibangun di awal tahun 1980an sebagai komplek perumahan sederhana untuk karyawan Departemen Kesehatan. Di Jatibening Bekasi ini ada tiga kelompok komplek serupa dan masing-masing dinomori dengan I, II dan III. Aku pertama kali mengunjungi komplek Depkes II ini sebagai tamu adikku di tahun 1983, sebagai tempat transit dalam perjalanan untuk cuti tahunan ke kampung. Waktu itu komplek ini masih sangat baru. Belum ada jalan  toll Cikampek. Untuk datang ke sini harus melalui jalan menyusuri Kalimalang dari arah Halim yang terasa sangat jauh dari Jakarta.

Di tahun 1986  aku  agak frustrasi karena pemerintah baru saja mendevaluasi lagi nilai rupiah dari 1 US$ senilai Rp 1100an ke Rp 1600an. Frustrasi karena setelah devaluasi ini nilai uang rupiah jadi terjungkir lagi dengan sendirinya. Pengumuman devaluasi oleh pemerintah ini terjadi ketika aku sedang di rumah adikku di Jatibening. Waktu itu adikku menyarankan dari pada menyimpan uang di bank lebih baik dibelikan barang untuk investasi. Adikku menanyakan apakah aku berminat untuk membeli rumah di komplek Depkes II ini. Setelah berpikir sejenak akhirnya aku setuju. 

Komplek Depkes II terdiri dari 200an buah rumah. Rumah aslinya seragam, rumah tembok beratap sirap. Ada dua tipe rumah yakni tipe 50 di atas tanah 150 meter persegi dan tipe 70 di atas tanah 200 meter persegi. Komplek ini berada dalam sebuah RW sendiri dan dibagi menjadi 8 RT yang masing-masing RT terdiri dari 25 rumah. Ternyata penghuninya hampir semua bukan pegawai Departemen Kesehatan. Yang terbanyak adalah karyawan Hasta Karya dan Widya Karya.

Rumah yang aku beli adalah rumah yang belum ditempati oleh pemiliknya, seorang karyawan Departemen Kesehatan karena dia sudah punya rumah di tempat lain. Lokasinya di ujung luar komplek, terpisah sendiri, tidak seperti rumah-rumah lain yang saling bersisian pekarangannya. Waktu aku membeli rumah tersebut yang aku bayar adalah jumlah DP dan cicilan beberapa bulan yang harganya sekitar 2 juta rupiah lebih.  Dengan masa cicilan untuk sekitar 15 tahun ke depan. Rumah itu adalah rumah BTN tipe 70 di atas tanah seluas 200 meter persegi, dinding tembok dengan lantai ubin beratap sirap.  Karena aku bekerja dan tinggal di Balikpapan, rumah tersebut aku pinjamkan ke adikku yang lain.

Posisi rumah tersebut di ujung komplek. Di samping rumah ada tanah komplek seluas 100an meter dengan bentuk memanjang yang masih termasuk tanah komplek dan oleh developer ditawarkan kepadaku. Tanah itu aku beli meski tidak tahu untuk jadi apa. Beberapa tahun kemudian aku beli tanah tambahan seluas 200 meter di belakang tanah yang 100an meter itu dari pemiliknya orang Betawi yang tinggal di belakang komplek. Tahun 1991 aku bangun rumah yang sekarang aku tempati di tanah ini. Bersamaan dengan aku membangun rumah, sawah diluar komplek atau di samping tanahku sedang diuruk untuk jadi komplek perumahan Bogenville. Rumah yang baru dibangun itu kosong saja selama hampir dua tahun.

Akhir tahun 1993 aku dipindahkan dari Balikpapan ke Jakarta. Sejak tanggal 25 Desember 1993 kami menempati rumah ini yang beralamat di Komplek Depkes II Blok I No 1A, terpisah oleh selokan kecil dari rumah yang dibeli mula-mula (No 1) yang tetap ditempati adikku. 

Komplek Bogenville yang tadinya sawah membuat pagar tembok tinggi di perbatasan dengan komplek kami. Ada selokan kecil di belakang pagar itu. Hal ini ternyata menimbulkan masalah banjir. Rumah kami berada di bagian paling rendah. Air hujan yang biasanya hanyut ke sawah sekarang tertahan oleh pagar tembok perumahan Bogenville itu. Kalau hari hujan lebat selama lebih satu jam jalan di depan rumah berubah jadi seperti sungai dengan air mengalir deras karena selokan kecil itu tidak mampu menampung air bah. Kalau hujan berhenti air itu cepat surut. Efek dari banjir itu berpengaruh ke rumah kami. Awal-awalnya banjir masuk sekedar membasahi lantai tapi lama kelamaan makin tinggi. Tahun 1997 kami mengalami banjir yang paling parah, air masuk ke rumah sampai di bawah lutut. 

****


             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar