Jumat, 26 Februari 2016

WhatsApp

WhatsApp      

Kita menjadi saksi kemajuan alat komunikasi yang cukup pesat. Dalam waktu beberapa tahun belakangan, telah kita lalui masa-masa bercengkerama menggunakan email, dengan Yahoo Messenger melalui computer di rumah atau di tempat bekerja. Dengan hape mula-mula kita bisa saling berbagi pesan singkat (sms) yang dapat kita lakukan di manapun kita berada. Kemudian datang BlackBerry memperkenalkan BBM alias blackberry messenger. Setiap pengguna BlackBerry dapat saling bertukar informasi dan bahkan saling mengirim gambar atau video. Kehebatan BBM adalah orang dapat membuat perkumpulan atau grup untuk saling berbagi informasi, namun hanya terbatas untuk sesama pengguna hape BlackBerry. Lalu datang pula Whatsapp yang lebih luas penggunaannya karena tidak tergantung dengan satu merek perangkat hape saja. 

Dengan menggunakan Whatsapp kita bisa membuat grup yang anggotanya bisa sampai ratusan orang. Semua anggota bisa terlibat dalam berbagi informasi secara langsung. Dan grup-grup ini tiba-tiba bermunculan dengan sangat subur. Cukup satu orang yang mengawali pembentukannya, mengundang nomor-nomor hape kawan-kawan untuk bergabung. Ada grup sesama saudara. Ada grup teman sekantor, teman sekampung, alumni sekolah, anggota arisan (ibu-ibu), jamaah mesjid, teman sesama hobi dan grup-grup lain. Kita lalu mempunyai kumpulan beberapa grup di satu hape. Masing-masing anggota dari tiap grup itu seolah-olah berpacu-pacu mengirim berita, gambar, video. Umumnya yang dibagikan adalah berita yang dicomot dari sana sini atau istilahnya dicopy-paste, sehingga tidak jarang gambar atau video yang sama kita terima beberapa kali dari beberapa grup yang berbeda.  

Budaya copy-paste ini menjadikan banyak orang tiba-tiba jadi (seperti) ustadz, yang rajin mengirimkan mutiara hadits, tafsir ayat-ayat al Quran, nasihat-nasihat bijak. Ini tentu sesuatu yang sangat baik. Dan akan jauh lebih baik lagi ketika yang mengirimkan postingan seperti ini telah lebih dahulu memahami dan mengamalkan isi kajiannya. 

Tapi sebaliknya ada pula yang rajin berbagi gambar atau video yang tidak pantas. Bahkan ada yang mencampur-baurkan kedua jenis postingan seperti di atas. Postingan (kiriman) pertamanya tentang pengajian dan nasihat kebajikan tapi kemudian disusul dengan kiriman gambar lucah. 

Yang tidak kalah serunya adalah saling bergurau melalui Whatsapp. Saling ledek-ledekan, saling berbagi cerita lucu, saling bernostalgia. Semua tentu sah-sah saja.  Adakalanya kita dimasukkan ke dalam grup yang ternyata kemudian tidak cocok bagi kita. Dalam hal seperti ini kita bisa keluar dari grup tersebut dengan mudah.

Ternyata kebiasaan berwhatsapp-ria ini bisa jadi candu. Ada orang yang sangat aktif dalam berkomunikasi dengan grupnya sehingga waktunya benar-benar tersita untuk mengirim dan membalas postingan, sejak dari subuh sampai hampir tengah malam. Sesuatu yang berlebih-lebihan tentu tidak baik. Seyogianya kita gunakan fasilitas kemajuan teknologi ini dengan tepat dan seperlunya.

****              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar