Senin, 08 Februari 2016

Awan Mendung Perekonomian

Awan Mendung Perekonomian 

Ada awan mendung menggelayut. Awan hitam lesunya perekonomian dan dampaknya pada kesempatan kerja. Banyak perusahaan sedang mengalami masa sulit karena sedang merugi besar. Akibatnya perusahaan-perusahaan itu terpaksa memberhentikan karyawannya dalam jumlah besar. PHK alias pemutusan hubungan kerja, yang tidak bisa dihindari. Bahkan ada beberapa perusahaan yang induknya ada di luar negeri terpaksa menghentikan kegiatannya di Indonesia. Seperti pabrik mobil Ford. Dan beberapa lagi perusahaan elektronik Jepang. 

Paling tidak ada dua hal utama yang menyebabkan kelesuan ekonomi ini. 

Yang pertama turunnya harga minyak bumi dalam 16 bulan terakhir. Penurunan yang sangat besar, dari kisaran 110 dollar menjadi sekitar 30 dollar untuk satu tong (barrel). Harga minyak yang dulu merayap naik dalam jangka waktu cukup lama untuk kemudian bertengger dikisaran tertinggi. Pada tahun 2002 harga per barrel adalah 30 dollar. Tahun 2003 naik ke 35 dollar. Tahun 2004 menjadi 47 dollar. 2005, 60 dollar. Tahun 2007 menjadi 73 dollar lalu tahun 2008 mencapai 100 dollar. Tahun 2009 terjadi krisis ekonomi harga minyak bumi turun ke paras 62 dollar. Tapi tahun 2011 kembali naik ke 111 dollar dan bertahan pada angka itu sampai tahun 2013. Krisis sekarang ini dimulai di bulan Oktober tahun 2014 dengan harga minyak turun ke level 70 dollar dan berakhir di 60 dollar pada bulan Desember. Sepanjang 2015 harganya terus melorot dan di bulan Desember berada di sekitar 30 dollar.

Ketika harga minyak bumi naik, semua negara pengekspor minyak dan perusahaan yang mengusahakannya mendapat penghasilan lebih besar. Perusahaan-perusahaan penunjang kegiatan eksplorasi minyak seperti menara pengeboran, penyedia pipa-pipa baja, penyedia semen, perusahaan pengevaluasi (logging), lumpur bor, semua ikut menyesuaikan kenaikan harga. Dan semua happy tentu saja menikmati harga minyak bumi yang tinggi. Tapi tiba-tiba, harga itu turun drastis. Mula-mula ke kisaran 70 dollar, turun lagi ke 50 dollar. Terakhir sudah pernah di bawah 30 dollar. Ketika harganya turun ke 70 dollar, perusahaan-perusahaan minyak sekedar menarik nafas kaget dan berharap, harga turun itu tidak akan berlangsung lama seperti yang terjadi di tahun 2009. Mereka mengharapkan harga minyak bumi akan kembali di atas 100 dollar. Tapi apa boleh buat, apapun alasan penyebabnya, harganya semakin turun seperti kita sebutkan di atas. 

Dengan harga yang jatuh, kegiatan eksplorasi (pencarian) minyak dikurangi bahkan dihentikan sama sekali. Perusahaan-perusahaan penunjang kehilangan permintaan kerja. Dan akibatnya terjadilah pemutusan hubungan kerja alias PHK. Mau bagaimana lagi? Kalau permintaan pekerjaan memang sudah tidak ada? Ribuan karyawan dirumahkan. 

Penyebab kedua kelesuan ekonomi adalah kalah bersaingnya perusahaan-perusahaan elektronik besar dalam berinovasi untuk menghasilkan produk lebih canggih. Perusahaan seperti Sony, Toshiba, Panasonic dikabarkan sedang limbung karena para ahli mereka dikalahkan oleh ahli-ahli di perusahaan Korea yang ternyata lebih inovatif. Di Jepang sendiri saat ini terjadi PHK di pabrik-pabrik elektronik besar yang sudah merajai pasar dunia sejak puluhan tahun itu. Kemajuan teknologi dalam menciptakan produk-produk baru memang luar biasa cepatnya. Mereka saling bersaing untuk menghasilkan produk yang paling canggih. Kalau ingin bertahan, maka setiap saat harus mampu mengeluarkan produk yang lebih canggih dari yang dihasilkan kemarin. Seorang teman memposting cerita, bahwa enam / delapan tahun yang lalu hape Nokia boleh dikatakan hape semilyar umat. Hampir-hampir orang bisa mengatakan bahwa hape itu adalah Nokia. Tapi kemampuan para inovatornya  terhenti. Mereka hanya mampu membuat yang biasa-biasa, sementara perusahaan lain mengeluarkan produk luar biasa.  Nokiapun akhirnya tumbang dan tidak ditemukan lagi di pasar. Orang beralih ke BlackBerry. Tapi tidak lama kemudian muncul Samsung dari Korea yang nyaris menenggelamkan pula BlackBerry.   

Mendung perekonomian sedang melanda dunia. Gelombang PHK sedang terjadi dan mungkin akan semakin serius di hari-hari mendatang.  

****   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar