Senin, 04 November 2013

Tanda Pergantian Waktu

Tanda Pergantian Waktu

1 Muharram 1435 Hijriyah. Hari pertama di tahun yang baru.

Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 189 yang artinya; 'Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang (besar kecinya) bulan. Katakanlah! 'Bulan itu menunjukkan tanda-tanda waktu bagi manusia dan (untuk menentukan waktu) haji. Bukanlah kebaikan (amal saleh) memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebaikan itu adalah orang yang bertaqwa. Masukilah rumahmu dari pintunya. Dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu menang.'  (Catatan: Kebiasaan orang Arab jahiiyah sesudah mereka mengerjakan ibadah menurut keyakinan mereka lalu memasuki rumah mereka dari belakang rumah, dan mereka menganggap yang seperti itu merupakan suatu amal kebaikan.)

Seperti ayat di atas itu peringatan dan petunjuk Allah tentang pergantian bulan. Agar manusia mengenali bertukarnya bulan, dan mengetahui kapan waktunya melaksanakan ibadah haji. Kapan waktunya mengerjakan ibadah puasa Ramadhan. Dan Allah ingatkan pula bahwa Dia menetapkan satu tahun itu terdiri dari 12 bulan seperti yang dapat kita simak pada surah At Taubah (surah 9) ayat 36; 'Sesungguhnya Allah menentukan bilangan bulan dua belas bulan dalam ketetapan-Nya di kala Dia menciptakan langit dan bumi. Dari dua belas bulan itu ada empat bulan haram (suci). (Yakni bulan-bulan Zuqaidah, Zuhijjah, Muharram dan Rajab). Demikianlah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan-bulan itu (dengan berperang dan sebagainya).....'

Maka seperti itulah yang diamalkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mengajarkan kepada para sahabat untuk mengenali bulan demi bulan, supaya mengetahui kapan waktunya untuk menjalankan puasa (Ramadhan), untuk mempersiapkan diri mengerjakan ibadah haji. Di luar itu tidak ada beliau mengajarkan amalan-amalan khusus dalam pergantian bulan. Dan belum ada bilangan tahun.

Masyarakat Arab pada waktu itu menandai suatu tahun kalau pada tahun itu terjadi peristiwa besar. Misalnya, pada tahun kelahiran Muhammad bin Abdullah (yang nanti menjadi Rasul) terjadi peristiwa datangnya balatentara bergajah dibawah pimpinan Abrahah yang berniat mau menghancurkan Ka'bah. Dan tahun itu dijuluki tahun gajah. Menghitung-hitung tahun tidaklah lazim.

Waktu terus berjalan. Setelah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam wafat, beliau digantikan oleh Abu Bakar sebagai khalifah. Abu Bakar mengemban tugas kekhalifahan itu dua tahun saja dan beliaupun berpulang kerahmatulah. Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khaththab. Di bawah kepemimpinan Umar, daerah yang dikuasai kaum muslimin semakin luas. Di banyak daerah-daerah yang baru dikuasai itu diangkat pemimpin-pemimpin untuk mengatur urusan umat. Antara Umar sebagai khalifah yang berkedudukan di Madinah dengan para pemimpin daerah itu komunikasi dijalankan dengan surat menyurat. Berbagai arahan dan perintah dari khalifah disampaikan melalui surat. Karena banyaknya surat-surat, yang masing-masingnya hanya ditandai dengan tanggal dan bulan, suatu ketika salah seorang pemimpin daerah ini bertanya kepada surat yang mana dia harus merujuk di antara arahan sang khalifah. Karena ada beberapa surat dikirim pada bulan yang sama tapi tidak diketahui lagi pada tahun mana saja surat-surat tersebut dikirimkan.

Umar menyadari bahwa tanpa menyebutkan dan mengenali tahun seperti yang dibiasakan selama ini akan sangat menyulitkan dalam mengurus umat yang sudah semakin banyak serta melayani negeri-negeri yang semakin luas dan letaknya berjauhan.  Beliaupun bermusyawarah dengan para sahabat untuk mencari jalan keluar dan untuk menetapkan permulaan tahun. Di antara para sahabat yang dimintai pendapatnya, ada yang mengusulkan agar perhitungan tahun itu dimulai sejak tahun kelahiran Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Ada yang mengusulkan dihitung sejak mula pertama beliau diangkat jadi Rasul. Akhirnya yang disepakati adalah usulan dari Ali bin Abi Thalib, untuk menghitung awal tahun pada saat Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Hal itu disepakati bersama. Disepakati pula bahwa awal tahun itu dimulai dengan bulan Muharram. Sebelum itu tidak ada yang memperdulikan mana bulan yang pertama di antara 12 bulan yang mereka kenal, dan bulan-bulan itu dibiarkan saja bergantian apa adanya.  Musyawarah itu dilakukan di tahun ke lima Umar menjadi khalifah, yang artinya tujuh belas tahun sejak berhijrahnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Itulah awal perhitungan tahun Hijriyah.

Sejak itulah umat Islam menggunakan tahun Hijriyah yang kita warisi sekarang.

Dan keperluannya hanyalah untuk mengenali waktu. Kita boleh menghitung tahun demi tahun. Mencatat peristiwa penting pada tahun-tahun yang kita lalui. Tapi tidak perlu membuat acara-acara khusus dalam melalui pergantian tahun atau bulan, kecuali dengan amalan yang diajarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.

Sangatlah keliru ketika kita melakukan ritual-ritual khusus, seperti melakukan upacara membersihkan pusaka yang dianggap keramat di malam pergantian tahun. Karena meyakini dengan perbuatan tersebut dapat membawa berkah atau menghindarkan diri dari bala dan celaka. Perbuatan seperti ini jelas termasuk amalan mempersekutukan Allah dan sangat dimurkai Allah. Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya pada surah An Nissa' ayat 48; 'Sesungguhnya Allah tiada akan mengampuni dosa jika Dia dipersekutukan dengan yang lain, dan Dia mengampuni dosa yang kurang dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat dosa besar.'  Meskipun seseorang itu shalat (artinya dia menyembah Allah), tapi dia masih mempercayai bahwa ada benda-benda keramat yang dapat melindunginya dari bencana (artinya dia mempersekutukan Allah dengan benda yang dianggapnya keramat itu), maka dia tidak akan diampuni Allah. Akan tetapi mereka yang pernah berlaku syirik, lalu dia bertaubat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulangi lagi perbuatan syiriknya itu, Allah akan mengampuni dosanya.

Janganlah kita melakukan amalan-amalan yang jelas-jelas menyimpang, yang tidak pernah diajarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, agar kita selamat, seperti yang diingatkan Allah pada surah al Baqarah ayat 189 di atas.

Wallahu a'lam.


****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar