Rabu, 13 Agustus 2025

Agustus Yang Istimewa

Agustus Yang Istimewa  

Bulan Agustus diistimewakan bangsa Indonesia karena kemerdekaan negeri ini diproklamirkan di bulan Agustus. Dulu rasanya kita merayakan tanggal 17 Agustus dan beberapa hari di sekitarnya untuk memperingati hari proklamasi. Biasanya ada upacara bendera tepat tanggal 17 Agustus  yang bahkan jam 10 pagi di istana presiden di ibukota Jakarta  untuk mengenang detik-detik pembacaan teks proklamasi itu. Upacara bendera juga dilakukan di kantor-kantor pemerintah. Dan ada perlombaan-perlombaan di tengah masyarakat di lingkungan-lingkungan mulai dari RT / RW sampai kelurahan. Begitu juga di sekolah-sekolah mulai dari SD sampai SMA'             

Minggu, 10 Agustus 2025

Iklan-iklan Bodong Di Medsos

Iklan-iklan Bodong Di Medsos        

Banyak sekali iklan-iklan bodong bertebaran di media sosial. Umumnya Iklan obat-obat dengan penipuan yang keterlaluan bohongnya. Ada iklan penumbuh gigi bagi orang-orang yang sudah ompong, bahkan katanya orang berumur delapan puluh tahun pun bisa tumbuh gigi baru. Ada iklan penyubur dan penumbuh rambut. Orang yang sudah botak bisa punya rambut lagi dalam tempo singkat jika memakai obat ini. Yang paling seru ada obat pembangkit tenaga bagi mereka-mereka yang lemah syahwat. Bahkan bagi orang tua yang sudah berumur 70 - 80 tahun bisa kembali bertenaga seperti anak muda berumur duapuluhan tahun. Ada obat penyembuh diabetes yang dapat menyembuhkan  penyakit gula secara ajaib. Obat untuk menurunkan tekanan darah dengan membersihkan saluran darah yang tersumbat dengan sangat mudahnya. 

Biasanya iklan-iklan konyol ini dilengkapi dengan gambar bodong. Seperti iklan penumbuh gigi dengan gambar orang tua sebelum dan sesudah punya gigi baru tumbuh. Yang ini biasanya dengan gambar kartun. Atau iklan penumbuh rambut dengan menggunakan foto orang-orang yang satu gundul dan yang satu lagi (bukan orang yang sama) berambut lebat. Yang lebih dahsyat ada ustadz terkenal mempromosikan obat pembangkit syahwat.

Iklan-iklan seperti itu ada yang berbahasa Indonesia, berbahasa Cina (dengan terjemahan bahasa Indonesia), berbahasa Inggeris dan berbahasa Malaysia. Ada pula iklan yang menganjurkan menggunakan bahan-bahan dapur sederhana dengan anjuran membuka tautan untuk mengetahui bagaimana meraciknya dari bahan-bahan yang katanya sederhana itu. Tapi sialnya waktu dicoba membuka tautan yang dimaksud ternyata isinya omong kosong panjang dan ujung-ujungnya ternyata mengiklankan obat lagi.

Begitulah cerita tentang iklan-iklan bodong yang menipu itu. Entah kenapa iklan-iklan seperti ini bisa muncul di media sosial dengan bebas. Entah berapa banyak pula orang yang bisa tertipu olehnya. Hendaklah kita berhati-hati untuk tidak mudah percaya dengan iklan-iklan seperti ini. 

****

Minggu, 20 Juli 2025

Dekatnya Kita Dengan Kematian

Dekatnya Kita Dengan Kematian  

Aku sering teringat betapa dekatnya kita dengan kematian. Semua kita yang hidup pasti akan menemui akhir kehidupan. Itulah ajal atau kematian. Aku menyaksikan kematian demi kematian yang sangat dekat sepanjang hidupku. Yang paling awal yang ada dalam ingatanku adalah kematian ayahku ketika aku berumur belum tujuh tahun. Lalu disusul nenek (ibu dari ibuku). Lalu kemudian ada mak tuo (sepupu ibuku). Ada nenek (ibu dari ayahku). Semua itu berlalu dalam jarak waktu cukup dekat. 

Sesudah itu aku biasa menghitung-hitung orang-orang yang aku kenal cukup dekat dalam kehidupanku yang sudah meninggal. Misalnya teman-teman sekolah waktu di Sekolah Rakyat dulu di tahun enam puluhan. Lalu teman-teman di SMP. Teman-teman di SMA. Teman-teman kuliah. Dan bahkan teman-teman di lingkungan pekerjaan. Dan tetangga-tetangga satu komplek sejak aku tinggal di Bekasi sejak akhir tahun 1993. Sudah sangat banyak jumlahnya.

Kematian-kematian itu datang begitu saja, tanpa nomor urut sesuai dengan seniotitas. Dia datang sesuai dengan ketetapan Allah Sang Pencipta untuk masing-masing individu. Dan tidak mesti pula dengan ketentuan harus melalui fasa sakit parahnya seseorang. Ada orang yang menderita sakit cukup lama tapi belum mati, sebaliknya ada orang yang terlihat sehat-sehat saja, tiba-tiba mati. Bagaimana caranya seseorang mati, dimana dia akan mati hanya Allah saja yang tahu.

Orang beriman diingatkan Allah untuk berusaha agar mati dalam keadaan Islam. Dalam keadaan berserah diri kepada Allah dalam mentauhidkan Allah. Mati dengan akhir kehidupan yang baik dalam iman yang teguh. Kita mengenalnya dengan husnul khatimah. Kebalikannya adalah mati dalam keadaan tidak beriman. Dalam keadaan kafir atau musyrik. Yang disebut sebagai suul khatimah

Untuk mencapai husnul khatimah itu diperlukan kesungguh-sungguhan dalam menjalankan perintah-perintah Allah, menjauhi berbuat dosa atau melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Ketika kita terlanjur berbuat dosa, melanggar perintah Allah segera bertaubat memohon ampunan Allah. Sadari betul bahwa Allah senantiasa mengawasi segala perbuatan kita. Dengan cara ini mudah-mudahan kita dapat mati dalam husnul khatimah

****               

Jumat, 18 Juli 2025

Marinasi

Marinasi.... 

Sebelum memasak berbagai jenis daging baik daging sapi, kambing, ayam atau bahkan ikan, daging-daging itu di marinasi terlebih dahulu. Digarami dan bahkan ditetesi asam jeruk dan dibiarkan garam dan asamnya itu meresap sebelum dilanjutkan memasaknya. Inilah yang disebut marinasi. Tehnik ini sudah sangat dikenal oleh amai-amai di kampung. Daging yang akan mereka masak jadi rendang atau asam padeh ayau dendeng kering selalu mereka garami terlebih dahulu. Kalau tidak digarami, meskipun bumbu-bumbunya lengkap dimasukkan, pasti masakannya nanti akan tawar rasanya, tidak diresapi bumbu. 

Kadang-kadang ibu-ibu lupa menggarami daging atau ikan yang akan dimasak. Setelah jadi dan dicicipi ternyata..... Hal seperti ini pernah terjadi di rumahku. Istriku memasak pepes ikan. Lengkap bumbunya dan wangi baunya. Tapi setelah dicicipi tidak pas rasanya. Bumbunya ada terasa garamnya tapi rasa asinnya garam tidak meresap ke dalam ikan. Terjadi sedikit debat di meja makan. Aku mengatakan pasti istri lupa menggarami ikan tadi. Istriku menjawab, rasanya dia sudah menggaraminya. Tapi rasa akhirnya sekarang mengatakan belum.

Pada suatu kesempatan kami makan di restoran masakan Padang terkenal. Aku makan dengan gulai ayam. Kecewa sekali karena rasa gulai ayam itu hambar. Sangat berbeda dengan gulai ayam yang biasa dibuat di rumah. Tukang masak restoran itu kadang-kadang, mungkin karena terlalu sibuk dan terlalu banyak yang dimasaknya jadi kurang berhati-hati dalam memarinasi bahan yang akan dimasak. 

Istriku sering menuduh bahwa aku terlalu berlebih-lebihan menilai rasa makanan. Mana mungkin rasa gulai ayam di restoran terkenal itu hambar. Aku yakin aku tidak berlebih-lebihan, tapi memang lidahku lebih peka menilai enak tidaknya suatu masakan, terutama masakan awak. 

****                 .

Jumat, 20 Juni 2025

Buatan China

Buatan China    

Entah kita sadar atau tidak mobil-mobil buatan China sedang menunjukkan kehadirannya dengan cukup agresif di jalan-jalan raya negeri kita. Terutamanya mobil-mobil listrik mereka. Ada yang mereknya Wuling, BYD, Chery, DFSK dan entah apa lagi. Suasananya mirip-mirip tahun tujuh puluhan ketika tiba-tiba negara kita dibanjiri mobil-mobil buatan Jepang. Sepertinya di tahun-tahun yang akan datang banjir mobil buatan China ini akan semakin deras.

Ekspansi hasil industri  mesin buatan China sudah terasa (setidak-tidaknya olehku) di awal tahun 2000 an. Ketika itu kita mengenal masuknya motor-motor buatan China. Meski kala itu kualitasnya rendah. Orang mencemooh motor buatan China itu Mochin.  Motor yang gampang rusak sehingga tidak populer.  

Tapi ternyata sejak tahun 2000 an itu China sedang giat-giatnya berinovasi disegala bidang. Mereka mengcopy-paste hasil teknologi apa saja. Secara sederhana, mereka membeli produk Jerman, Jepang atau negara industri manapun yang kemudian mereka preteli dan dibuat duplikatnya. Mereka membuat duplikat mobil Mercedes atau BMW, membuat duplikat kereta api Shinkansen Jepang. Dan memproduksinya untuk kepentingan dalam negeri mereka. Hasilnya tidak main-main. Sekarang jaringan kereta api cepat China adalah yang terpanjang dan tercanggih di dunia. 

Hasil industri mereka tidak hanya untuk pasar dalam negeri China tapi juga untuk diekspor. Mereka mengirimnya ke segenap penjuru dunia.  

Kemajuan teknologi China dilakukan di berbagai bidang. Semua maju dengan pesat dan sangat mengagumkan. Waktu mereka membuat kereta api cepat, tentu dibarengi oleh pembangunan sarana jalannya yang mengharuskan pula membangun sarana penunjang seperti perlengkapan rel kereta api maupun tiang-tiang penyangga yang tinggi, jembatan-jembatan, terowongan-terowongan dan sebagainya. Semua itu dibuat bagaikan disulap. 

Kota-kota di China berlomba-lomba membuat bangunan-bangunan bertingkat tinggi yang megah, sarana transportasi dalam kota. Mereka membangunnya dengan sangat cekatan dalam waktu singkat. Begitu pula mereka membuat bendungan-bendungan raksasa. Dan lapangan-lapangan terbang moderen. 

China yang di tahun 1960an masih dijuluki sebagai Negeri Tirai Bambu, sebuah negeri yang mungkin setara dengan Indonesia dan Korea pada waktu itu yang disebut pula sebagai negeri berkembang, benar-benar telah melakukan loncatan besar yang sangat luar biasa.

****

Sabtu, 14 Juni 2025

Pemotongan Hewan Kurban 1446H

Pemotongan Hewan Kurban 1446H 

Seperti tahun lalu kali ini pemotongan hewan kurban jamaah mesjid Al Husna dilakukan di rumah potong Amanah Bersama Argo di Jatimurni Bekasi. Tahun kemarin aku tidak hadir karena kondisi kesehatanku. Tahun ini aku ingin ikut menyaksikan penyembelihan sapi kurban. Penyembelihan itu dilakukan pada hari Sabtu 11 Zulhijjah. Panitia memberi tahu bahwa rombongan panitia mesjid akan berangkat jam setengah empat subuh, karena pemotongan akan dilaksanakan jam lima sesudah shalat subuh. Menurut jadwal, pemotongan 10 ekor sapi itu akan dilakukan dari jam 5 sampai jam 7. 

Aku tidak ikut rombongan panitia tapi minta tolong diantar anakku dan akan berangkat sesudah shalat subuh di mesjid Al Husna. Diperkirakan sebelum jam enam kami sudah akan sampai di lokasi. Kalau mengikuti jadwal seperti yang direncanakan harusnya aku masih berkesempatan melihat separo pekerjaan pemotongan itu. Dan aku sampai di tempat itu masih belum jam enam.  

Ternyata pekerjaan pemotongan bahkan sampai pencacahan dan pengemasan ke dalam kantong plastik sudah selesai. Bahkan sudah dimuat di mobil yang siap  berangkat ke mesjid Al Husna. Aku tanyakan jam berapa mereka mulai bekerja. Jawabnya begitu selesai shalat subuh, masih kurang dari jam lima. Aku terheran-heran mendengar penjelasan bahwa dalam satu jam 10 ekor sapi sudah selesai dicacah dan bahkan sudah dikantongi. Dagingnya sudah dicacah, jeroannya sudah dipotong dan dibersihkan dan tulang-tulangnya sudah dipotong-potong. Bahkan kepalanya sudah dibelah. Sulit bagiku membayangkan betapa cekatannya para pekerja-pekerja itu menuntaskan pekerjaan besar itu dalam waktu singkat.

Aku sempat diperkenalkan dengan bapak W pemilik usaha pemotongan ini. Dia bercerita bahwa usaha ini sudah dijalankannya sejak 22 tahun yang lalu. Usaha yang diawali dengan penggemukan sapi yang akan dipotong di Hari Raya Kurban. Untuk tahun ini jumlah sapi yang dipotong selama hari raya berjumlah 300 ekor. Untuk hari ini pemotongan sudah dimulai sejak jam 2 subuh. Pemotongan berlangsung selama 4 hari, hari-hari tasyrik. Pelanggannya adalah panitia-panitia dari berbagai mesjid. Yang harus antri dan menyesuaikan jadwal masing-masing.

Bapak W sendiri adalah jagalnya. Dan pekerja-pekerjanya umumnya orang yang tinggal dekat rumah potong itu. Pekerja laki-laki dan perempuan. Puluhan banyaknya. Mereka adalah pekerja-pekerja yang sangat terampil. Keberadaan rumah potong itu juga memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya. Limbah kotoran sapi dikumpulkan di dalam sebuah tangki bawah tanah yang ternyata menghasilkan gas yang disalurkan ke rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Gas yang dapat dipakai di dapur mereka secara gratis.    

Aku bertanya apakah kesibukan ini hanya di saat hari raya kurban saja. Jawabnya, yang paling sibuk memang di saat ini. Tapi yang sehari-hari ada juga pemotongan untuk dijual di pasar. 

****   

Minggu, 08 Juni 2025

Komplek Depkes II Jatibening

Komplek Depkes II Jatibening   

Tidak habis-habis cerita mengenai komplek perumahan tempat tinggal kami ini yang telah lebih 32 tahun aku bermukim di dalamnya. Kali ini aku ingin bercerita tentang pergantian kepemilikan rumah-rumah di komplek ini. Dari pemilik lama ke pemilik baru yang karena pemilik lama sudah meninggal sementara anak keturunannya sudah punya tempat tinggal di tempat lain lalu menjual rumah peninggalan orang tuanya. Dari 200 an rumah sudah belasan yang berganti pemilik karena kasus yang sama. Sementara saat ini ada belasan rumah lagi yang memajang iklan Rumah Dijual di pagarnya.

Menjual rumah sepertinya tidak mudah. Rumah-rumah yang menempelkan pesan Rumah Dijual itu ada yang sudah bertahun-tahun belum juga laku. Termasuk rumah tetangga di depan rumahku. Pemiliknya adalah almarhum bapak N yang sudah berpulang kira-kira lima tahun yang lalu. Waktu beliau masih hidup rumah ini cukup ramai terutama disaat Hari Raya. Lebih kurang lima belas tahun yang lalu penghuni rumah ini adalah bapak dan ibu N dengan dua anak beliau yang sudah berkeluarga dan beberapa orang kemenakan mereka. Di Hari Raya tiga orang anaknya yang lain berikut keluarga mereka biasanya datang berkumpul. Tentu saja rumah itu jadi ramai.

Kira-kira sepuluh tahun yang lalu ibu N meninggal dunia. Sepeninggal beliau yang teramati kemenakan-kemenakan mereka tidak lagi ikut tinggal di rumah ini. Tinggalah bapak N dan dua anaknya. Ketiga anak yang lain secara berkala datang mengunjungi ayah mereka. Lebih kurang lima tahun yang lalu bapak N juga meninggal dunia di usianya sekitar 80 tahun. Segera sesudah itu satu dari dua anaknya yang tadinya tinggal serumah pindah. Tinggallah satu anak beliau berdua dengan anak gadisnya menempati rumah datuk yang cukup besar itu. Sejak itu anak-anak bapak N sepakat ingin menjual rumah. Dan iklan Rumah Dijual mulai terpampang di pagar rumah mereka. 

Dua tahun yang lalu anak gadis yang adalah cucu bapak N menikah dan dibawa suaminya ke tempat tinggal suaminya. Tinggal ibunya atau anak perempuan pak N sendirian yang tidak berani tinggal sendiri di rumah itu lalu pindah pula. Dan rumah itu sekarang kosong menunggu calon pemilik baru. 

Cukup prihatin melihat rumah yang tadinya semarak ramai dengan anak menantu dan cucu-cucu bahkan dengan kemenakan-kemenakan, tapi kini ditinggal kosong. Rumah-rumah yang bernasib sama ada beberapa buah di komplek ini. Aku membayangkan kejadian yang sama bisa saja terjadi di rumah tempat tinggalku sekarang.

****