Komplek Depkes II Jatibening
Tidak habis-habis cerita mengenai komplek perumahan tempat tinggal kami ini yang telah lebih 32 tahun aku bermukim di dalamnya. Kali ini aku ingin bercerita tentang pergantian kepemilikan rumah-rumah di komplek ini. Dari pemilik lama ke pemilik baru yang karena pemilik lama sudah meninggal sementara anak keturunannya sudah punya tempat tinggal di tempat lain lalu menjual rumah peninggalan orang tuanya. Dari 200 an rumah sudah belasan yang berganti pemilik karena kasus yang sama. Sementara saat ini ada belasan rumah lagi yang memajang iklan Rumah Dijual di pagarnya.
Menjual rumah sepertinya tidak mudah. Rumah-rumah yang menempelkan pesan Rumah Dijual itu ada yang sudah bertahun-tahun belum juga laku. Termasuk rumah tetangga di depan rumahku. Pemiliknya adalah almarhum bapak N yang sudah berpulang kira-kira lima tahun yang lalu. Waktu beliau masih hidup rumah ini cukup ramai terutama disaat Hari Raya. Lebih kurang lima belas tahun yang lalu penghuni rumah ini adalah bapak dan ibu N dengan dua anak beliau yang sudah berkeluarga dan beberapa orang kemenakan mereka. Di Hari Raya tiga orang anaknya yang lain berikut keluarga mereka biasanya datang berkumpul. Tentu saja rumah itu jadi ramai.
Kira-kira sepuluh tahun yang lalu ibu N meninggal dunia. Sepeninggal beliau yang teramati kemenakan-kemenakan mereka tidak lagi ikut tinggal di rumah ini. Tinggalah bapak N dan dua anaknya. Ketiga anak yang lain secara berkala datang mengunjungi ayah mereka. Lebih kurang lima tahun yang lalu bapak N juga meninggal dunia di usianya sekitar 80 tahun. Segera sesudah itu satu dari dua anaknya yang tadinya tinggal serumah pindah. Tinggallah satu anak beliau berdua dengan anak gadisnya menempati rumah datuk yang cukup besar itu. Sejak itu anak-anak bapak N sepakat ingin menjual rumah. Dan iklan Rumah Dijual mulai terpampang di pagar rumah mereka.
Dua tahun yang lalu anak gadis yang adalah cucu bapak N menikah dan dibawa suaminya ke tempat tinggal suaminya. Tinggal ibunya atau anak perempuan pak N sendirian yang tidak berani tinggal sendiri di rumah itu lalu pindah pula. Dan rumah itu sekarang kosong menunggu calon pemilik baru.
Cukup prihatin melihat rumah yang tadinya semarak ramai dengan anak menantu dan cucu-cucu bahkan dengan kemenakan-kemenakan, tapi kini ditinggal kosong. Rumah-rumah yang bernasib sama ada beberapa buah di komplek ini. Aku membayangkan kejadian yang sama bisa saja terjadi di rumah tempat tinggalku sekarang.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar