Selasa, 14 Maret 2017

Benarkah Sesuatu yang Rutin Itu Membosankan?

Benarkah Sesuatu Yang Rutin Itu Membosankan?   

Ada orang yang cepat bosan ketika menemukan sesuatu kejadian rutin dalam hidup. Dia merasa tidak betah dengan suasana yang menurutnya monoton. Berulang-ulang itu-itu melulu. Dia senang dengan sesuatu yang selalu berubah dan bergerak. Yang dinamis. Begitu pengakuannya. Dia tidak mau menjadi seorang karyawan yang hanya mengerjakan pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu.  Lalu maunya jadi apa? Pokoknya dia tidak mau melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang. Saat ini dia menjadi seorang petani. Besok-besok dia menjadi tukang. Kapan-kapan lagi jadi pedagang. Orang seperti ini lebih tepatnya disebut sebagai seorang pembosan.

Benarkah kita bisa menghindar dari sebuah rutinitas? Rasanya sulit. Perputaran waktu yang kita lalui adalah sebuah rutinitas. Pagi menjadi siang, kemudian beranjak menjadi sore dan seterusnya berganti menjadi malam. Lalu datang pagi lagi. Begitu terus berulang-ulang. Dan kita mengisi waktu itu dengan perbuatan yang mau tidak mau memang harus dilakukan berulang-ulang.  Kita makan, minum. Sarapan di pagi hari, makan siang kemudian makan malam. Itu yang kita lakukan setiap hari.

Agama Islam mewajibkan kita shalat secara teratur setiap hari. Di waktu-waktu yang sudah ditentukan. Dengan jumlah rakaat yang ditentukan. Hari demi hari, selama kita masih hidup, diwajibkan mengerjakan hal yang sama. Pengecualian hanya untuk wanita yang sedang tidak suci. Maka pelaksanaan ibadah shalat itu menjadi sesuatu yang rutin. Dan memang harus demikian. Dalam bahasa agamanya disebut kita harus istiqamah

Berbahagialah mereka yang mampu mempertahankan keistiqamahannya dalam mengerjakan shalat. Shalat yang dikerjakan di awal waktu dan berjamaah di mesjid. Waktu seseorang memelihara yang demikian, terlihat seolah-olah dia terperangkap dalam sebuah rutinitas. Dia sudah bangun sebelum dikumandangkan azan subuh. Berangkat ke mesjid untuk shalat berjamaah. Begitu pula untuk setiap panggilan azan lainnya yang selalu dipenuhinya dengan datang ke mesjid. Semua itu dilakukannya dengan irama yang sama hari demi hari.

Begitu juga sebenarnya dengan kegiatan lain dalam kehidupan. Yang seharusnya dilaksanakan dengan keteguhan hati. Walaupun pekerjaannya itu ke itu juga. Apapun dia. Entah sebagai seorang buruh. Seorang sopir taksi. Seorang juru masak. Seorang petani. Selama fisik masih mampu melakukannya dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Berusaha dan kemudian bertawakkal kepada Allah. Dan tentu saja mensyukuri hasil yang diberikan Allah atas usaha dan pekerjaan tersebut. 

Kita memang tidak bisa menghindar dari kejadian yang datang berulang-ulang dalam hidup ini, seperti perputaran waktu antara siang dan malam. Tapi kita bisa meningkatkan mutu dari penggunaan waktu yang kita lalui itu. 

****                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar