Sabtu, 10 September 2016

Jadi Anggota Pasif Grup WA

Jadi Anggota Pasif Grup WA  

Aku ikut sepuluh grup WA. Tidak terlalu banyak, karena ada yang punya sampai dua kali dari yang aku punya. Dengan sepuluh grup itu saja aku sebenarnya agak kewalahan mengikuti coretan demi coretan yang tidak berhenti masuk. Di salah satu grup, dalam satu hari bisa terkumpul lebih dari 500 pesan. Apa saja isinya? Sebahagian besar adalah coretan kopipaste. Satu orang mengucapkan selamat pagi yang lain, bisa puluhan, menulis ucapan yang sama. Kalau ada yang ulang tahun, berduyun-duyun pula pesan selamat ulang tahun berdatangan. Ketika ada yang meninggal berduyun-duyun lagi menulis ucapan berduka cita. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (dengan style tulisannya masing-masing), atau yang mengirim doa shalat jenazah (dalam tulisan Arab) dan sebagainya. Yang lain bisa kopipaste lagi mengikuti yang sudah ada. 

Ada yang rajin menyampaikan salam Assalamu'alaikum jam 2 subuh. Mungkin maksudnya untuk menunjukkan bahwa dia bangun di sepertiga malam untuk beribadah. Bagus-bagus saja, tapi apa perlu pula diperagakan?

Dan banyak yang sudah jadi ustadz, mengirimkan ceramah-ceramah. Ada yang cukup berbobot. Cukup sering terjadi, ternyata tulisan yang sama dikirim lagi oleh ustadz dari group yang lain. Artinya sumbernya sama tapi ustadz yang mengirimnya bisa berbeda. Seringkali isi ceramah yang dikirim membuat aku terkagum-kagum. Ini memang sisi positif dari kecanggihan WA.

Yang jahil tentu juga ada. Agak mengherankan, bahwa usia sepertinya tidak berpengaruh untuk kiriman kejahilan. Ada yang sudah cukup tua (lebih tua dariku) masih rajin mengirim foto-foto yang aneh-aneh. Biasanya kiriman gambar-gambar wanita seronok, mulai dari yang masih cukup sopan sampai yang sama sekali tidak sopan. 

Banyak orang berusaha ramah kemana-mana dengan WA ini. Mereka mengirim ucapan selamat hari raya agama yang mana saja, diiringi ungkapan yang terlihat janggal. Seorang Muslim mengirim ucapan Selamat Hari Raya Galungan kepada rekan yang beragama Hindu, disertai ucapan 'semoga anda senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dari Yang Maha Kuasa'. Kalau yang Kristen mengirim ucapan selamat hari raya kepada sesama Kristen, atau yang Hindu mengucapkan selamat pula kepada sesama Hindu, tentu kita mengerti. Tapi kalau yang berbeda agama mengucapkan selamat disertai harapan dan doa, rasanya agak kurang pas. Tapi itulah hebatnya. Di belakangnya kembali berduyun-duyun pesan ucapan selamat yang sama dari banyak orang.   

Di banyak grup yang aku ikuti, aku hanya jadi anggota pasif. Berkomentar hanya sekali-sekali. Biarlah aku jadi penikmat saja. Meskipun harus sering-sering membersihkan koleksi foto dan video yang kurang cocok.

****           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar