Senin, 25 Januari 2016

Memelihara Diri Dari Perbuatan Sia-sia

Memelihara Diri Dari Perbuatan Sia-sia    

Hendaklah kita memelihara diri dari membuang-buang waktu. Dari melakukan perbuatan sia-sia. Perbuatan sia-sia artinya perbuatan yang tidak membawa manfaat. Tidak bermanfaat dilihat dari sisi untuk mencari keridhaan Allah. Bukan saja tidak mendapat keridhaan Allah bahkan sebaliknya mungkin dimurkai Allah. Contoh dari perbuatan sia-sia adalah perbuatan yang menjadikan seseorang lalai dari mengingat Allah. Entah itu berupa permainan, perbincangan senda gurau yang tidak jelas ujung pangkalnya, hadir di acara yang melalaikan karena penuh dengan hura-hura. 

Baru-baru ini mufti kerajaan Arab Saudi memfatwakan bahwa permainan catur haram hukumnya. Tentu saja muncul reaksi setuju dan tidak setuju terhadap fatwa ini. Yang tidak setuju menganggap bahwa hal itu mengada-ada. Tapi coba kita telaah dengan jujur dan hati-hati. Coba perhatikan dua orang yang sedang asyik bermain catur. Sama-sama memeras otak untuk mengalahkan lawan. Ketika mereka sedang berpikir serius seperti itu terdengar azan, kedua pemain itu tidak mengindahkannya. Mereka larut dalam permainan dan lalai dalam mematuhi panggilan shalat. 

Banyak contoh lain. Ada orang-orang sibuk bermain domino, menghempaskan batu domino. Diselingi dengan senda gurau dan kadang-kadang tertawa terbahak-bahak saking serunya permainan itu. Lalu terdengar suara azan. Berhentikah mereka? Tidak. Seolah-olah mereka tidak mendengar azan. Kalau ditanyakan, jawabnya, waktu shalat itukan panjang.  

Ada orang yang melewatkan waktu dengan bergurau semalaman. Mungkin mendengarkan saluang jo rabab, atau menonton randai. Kalau di Jawa menonton wayang semalam suntuk. Atau orang yang bangun tengah malam untuk menyaksikan pertandingan sepakbola di televisi. Mereka tidak setuju kalau dikatakan bahwa mereka membuang-buang waktu,  karena mereka merasa menikmati sesuatu. Meskipun kemudian setelah itu shalat subuh terpaksa mengalah. 

Permainan, tontonan seringkali bisa sangat menggoda. Apalagi kalau dilakukan berjamaah. Apalagi ketika sudah dipengaruhi oleh publisitas yang menggebu-gebu. Bahwa tontonan itu sesuatu banget, kata anak-anak muda sekarang. Lalu mereka yang terpengaruh benar-benar seperti kena hipnotis untuk datang menyaksikannya.

Ada pertandingan bola antara kesebelasan Anu dan kesebelasan Antah. Salah satunya adalah favorit. Para suporter yang fanatik dari masing-masing kesebelasan datang melalui berbagai perjuangan dan rintangan. Pertandingan itu akan berlangsung menjelang waktu isya, sekitar jam tujuh malam. Orang rela hadir sejak sesudah asar. Syukur-syukur kalau sempat shalat asar dulu. Maghrib pasti terlewat. Ah, biar nanti dijamak saja dengan isya. Hampir tidak ada yang berpikir, bagaimana seandainya sesudah menonton pertandingan itu terjadi huru hara dan kita terkorban? Karena hal seperti itu pernah terjadi.  

'Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia.' (Surah Al Mukminun ayat 1, 2 dan3),

****                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar