Masjidil Haram
Masjidil Haram sedang mengalami
perluasan lagi. 'Lagi' karena memang sudah berkali-kali masjid yang di
dalamnya terdapat Ka'bah itu diperbesar. Diperluas, diperlebar, dibuat
bertingkat. Jalur tempat sa'i misalnya, yang sepuluh tahun yang lalu
hanya satu tempat sekarang sudah ada dua, karena dibuat bertingkat. Kali
ini yang sedang direnovasi adalah bagian dari mesjid yang mengitari
Ka'bah itu, dibongkar untuk digeser ke belakang. Tujuannya tentu saja
untuk memberi tempat kepada lebih banyak lagi jamaah yang bisa ditampung
oleh mesjid. Menurut catatan, sebelum renovasi yang terakhir ini,
Masjidil Haram 'hanya' bisa menampung sedikit lebih dari sejuta jamaah.
Suatu jumlah yang luar biasa sebenarnya, tapi itu masih jauh dari cukup.
Jauh dari cukup? Ya, jauh dari cukup karena menurut
catatan pemerintah Arab Saudi pada musim haji tahun 1433 Hijriyah (tahun
2012 M) jumlah jamaah mencapai lebih dari 3 juta orang. Pada saat
puncak pelaksanaan haji, sesudah wuquf di Arafah, keseluruhan 3 juta
orang ini akan masuk ke dalam Masjidil Haram untuk melakukan thawaf,
sebagai bagian dari rukun ibadah haji, dalam rentang waktu yang singkat,
hanya dua - tiga hari saja. Semua harus melakukan thawaf ifadha. Tidak
keseluruhan bagian mesjid dapat digunakan untuk thawaf. Hamparan tempat
berdirinya Ka'bah hanya mampu menampung sedikit lebih dari seratus ribu
jamaah dalam waktu bersamaan. Mereka berdesak-desak melakukan thawaf
sebanyak tujuh kali putaran. Untungnya, masih ada bagian dari mesjid
yang bertingkat tiga itu yang dapat juga digunakan untuk melakukan
thawaf, mengelilingi Ka'bah. Dan sekarang dibuat pula jalur khusus dan
bertingkat di hamparan lantai Ka'bah untuk thawaf. Begitu juga dengan
tempat melakukan sa'i, sangat terbatas daya tampungnya untuk
dibandingkan dengan jumlah 3 juta orang jamaah haji.
Lokasi
Masjidil Haram itu sebenarnya adalah sebuah lembah yang relatif sempit,
yang dikelilingi oleh bukit-bukit batu. Di luar kompleks mesjid
terdapat hotel-hotel dan tempat pemukiman jamaah. Dan pasar. Jamaah haji
Indonesia yang datang ke Makkah sebelum tahun 2000 mungkin tidak ada
yang tidak kenal dengan pasar Seng. Pasar yang namanya dikalangan jamaah
Indonesia dikenal demikian, yang tadinya konon kabarnya memang
dikelilingi oleh pagar dari seng. Pasar itu sekarang sudah tidak ada. Di
dekat pasar seng itu ada satu bagian yang oleh orang Indonesia disebut
kampung Syami'ah. Di kampung Syami'ah ini dulu terdapat pemondokan untuk
jamaah haji biasa. Pemondokan kampung Syami'ah juga sudah tidak ada
sekarang. Tempat pemukiman jamaah haji biasa sekarang makin menjauh dari
Masjidil Haram, di Misfalah, di Aziziyah yang berjarak 3 sampai 4
kilometer jauhnya.
Kenapa pasar Seng dan kampung
Syami'ah itu sekarang tidak ada lagi? Karena dipakai untuk perluasan
mesjid dan sebagian lagi dibangun hotel tempat menginapnya jamaah haji
'plus'. Jadi kalau demikian hanya jamaah haji 'plus' ini saja yang
diistimewakan? Bukan juga demikian, karena ada juga sebagian dari
hotel-hotel besar itu yang dibongkar, untuk perluasan mesjid. Bukan
tidak mungkin lokasi yang sekarang masih ditempati hotel-hotel besar itu
sekali waktu akan dibongkar lagi untuk perluasan mesjid (lagi).
Pemerintah Saudi berkewajiban melakukan perluasan-perluasan karena jumlah jamaah haji yang datang
selalu meningkat pesat setiap tahun. Tahun 1990, ketika aku pergi
melaksanakan ibadah haji, jumlah jamaah keseluruhan waktu itu 1,7 juta
orang. Jumlah jamaah haji Indonesia sekitar 80,000 orang. Aku masih
ingat ketika shalat Juma'at sebelum hari wuquf, datang di mesjid jam
setengah sebelas pagi, Masjidil Haram penuh sesak luar biasa. Aku tidak
bisa sujud menyentuh lantai, melainkan di punggung jamaah di depan.
Tahun 2004, waktu aku melaksanakan ibadah haji yang kedua kalinya
(menghajikan ayahku), kami pergi sekeluarga, aku menyerah ketika
membimbing istri dan anak-anakku saat melaksanakan sa'i, sesudah
sebelumnya melaksanakan thawaf, karena jalur sa'i itu berdesak-desak
luar biasa dan kami sudah sangat kepayahan. Aku berniat untuk kembali
lagi mengerjakan sa'i di malam harinya. Ketika bertemu dengan pembimbing
rombongan beberapa jam kemudian, beliau menyarankan agar mencoba lagi,
karena malam haripun suasananya akan lebih kurang sama. Tahun 2004 itu
jumlah jamaah haji menurut catatan pemerintah Saudi sekitar 2.4 juta
orang. Bisa dibayangkan bagaimana suasananya tahun 2012 ketika jumlah
jamaah haji lebih dari 3 juta orang.
Dalam
melakukan perluasan Masjidil Haram terlihat bahwa pelaksana perluasan
tersebut (baca; Pemerintah Arab Saudi) memang sangat tegas dan tidak
mempertimbangkan faktor lain termasuk faktor tempat yang untuk sementara
orang dianggap sangat khusus seperti rumah tempat lahir Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, rumah beliau dengan istri pertama beliau
Khadijah. Kalau tempat-tempat itu harus digusur untuk memperluas mesjid,
ya mereka gusur. Kalau hotel-hotel besar harus dibongkar (dengan ganti
'untung') ya mereka bongkar. Kalau tempat masuk ke sumur Zam-zam di
pelataran Ka'bah harus ditutup untuk memberi tempat bagi jamaah yang
thawaf, ya mereka tutup. Mereka hanya mempertahankan tempat yang
benar-benar perlu dipertahankan keberadaannya untuk beribadah, yaitu
Ka'bah dan jalur sa'i antara Safa dan Marwa.
Ketegasan
seperti ini dilakukan untuk kemashlahatan jamaah haji yang jumlahnya
terus dan terus bertambah. Meskipun fasilitas yang disediakan dengan
tambahan-tambahan itu selalu keteteran mengikuti pertambahan jumlah
jamaah haji dari tahun ke tahun. Dengan perluasan yang sedang dilakukan
saat ini, Masjidil Haram akan mampu menampung 200,000 tambahan jamaah.
Perluasan itu diharapkan akan selesai tahun 2016. Sementara, tahun 2016
itu akan berapa banyak jumlah jamaah haji? Tahun 1434 Hijriyah yang lalu
pemerintah Saudi mengurangi quota setiap negara pengirim jamaah
sebanyak 20% karena sedang berlangsungnya pekerjaan renovasi. Ketegasan
yang susah untuk bisa dimengerti oleh sebagian orang awam. Yang merasa
bahwa 'tempat-tempat' bersejarah diabaikan begitu saja.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar