Rabu, 11 Desember 2013

Silaturahim (Dari Majalah Hidayatullah)


Silaturahim

Silaturahim merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Islam menempatkannya di tempat yang mulia karena ia termasuk akhlak yang mulia. Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahim dalam 19 ayat di al-Qur’an. 

Berkaitan dengan hal tersebut Islam telah memberikan adab-adabnya, antara lain: 

1. Niat yang baik dan ikhlas

Niat yang ikhlas merupakan syarat diterimanya amal seseorang. Demikian juga dalam hal silaturahim hendaknya diniatkan karena Allah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bahwasanya seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di kampung lain, maka Allah mengutus seorang malaikat kepadanya dalam perjalanannya. Ketika telah bertemu, malaikat itu berkata kepadanya, ‘Kemana engkau hendak pergi?’ Ia menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini’. Malaikat itu berkata lagi, ‘Adakah satu nikmat yang hendak engkau kejar?’ Ia menjawab, ‘Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Malaikat itu pun berkata lagi, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah’.” (Riwayat Muslim)

2. Memulai silaturahim dari yang terdekat

Yang dimaksud yang terdekat yaitu ada kaitannya dengan hubungan rahim. Semakin dekat hubungan rahim, maka semakin wajib menyambungnya.

3. Mendahulukan orang yang paling bertakwa kepada Allah SWT.

Semakin bertakwa dan bagus agama seseorang, semakin besar pula haknya untuk dikunjungi. Pahala bersilaturahim kepada orang yang bertakwa amatlah besar. Namun, bersilaturahim kepada orang biasa atau bahkan orang kafir yang dekat hubungan kekerabatannya juga dianjurkan, dengan tujuan untuk mengajak pada jalan kebenaran. Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘’Pelajarilah nasab-nasab kalian yang dengan itu kalian dapat menyambung tali silaturahim. Sebab, menyambung silaturahim dapat mendatangkan kasih sayang dalam keluarga, mendatangkan harta, dan memanjangkan umur.’’ (Riwayat Tirmidzi)

4. Memperhatikan hari dan jam yang baik

Hendaknya memilih waktu yang tepat ketika berkunjung. Tentu tidak layak berkunjung pada pagi buta, tengah hari atau larut malam. Karena, waktu-waktu itu adalah waktu untuk tidur dan beristirahat. Atau ketika orang yang akan dikunjungi sedang sibuk atau tidak berkenan untuk diganggu. Terkecuali ada kepentingan yang mendesak atau telah meminta izin.

5. Dianjurkan membawa hadiah atau sesuatu yang bermanfaat

Maksudnya, membawa hadiah agar terwujud kesempurnaan untuk meraih kecintaan, kasih sayang, sirnanya kedengkian, dan terwujudnya kesatuan hati. Rasululllah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad)

6. Mengucapkan salam dan minta izin masuk

Hal ini diterangkan dalam surat An-Nuur [24]: 27. Juga sabda Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam , “Sesungguhnya disyariatkan minta izin adalah karena untuk menjaga pandangan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

7. Ketika di depan pintu posisi berdiri tidak menghadap pintu masuk

Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan Assalamu’alaikum… (Riwayat Abu Dawud)

8. Hendaknya duduk di tempat yang telah diizinkan oleh tuan rumah

Jika tuan rumah mempersilakan di tempat tertentu, maka tamu harus mengikutinya. Sebab, boleh jadi tuan rumah menempatkannya di tersebut itu dengan tujuan agar privasi atau aurat mereka tidak tampak. 

9. Segera pulang jika disuruh pulang

Hal ini dijelaskan dalam surat An-Nuur [24]: 28. 

Semoga bermanfat.

Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah AGUSTUS 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar