Senin, 30 Januari 2017

Nasi Uduk

Nasi Uduk 

Di hari Ahad siang beberapa hari yang lalu kami menghadiri undangan walimahan anak seorang kerabat. Acara tersebut dilanjutkan pula dengan pertemuan keluarga sehingga sudah agak sore kami baru sampai di rumah. Istriku sudah terlalu capek untuk memasak dan kami berniat untuk makan di luar saja pada malam harinya. Tapi tidak ingin ke rumah makan masakan Padang. Pilihan akhirnya jatuh ke penjual nasi uduk pinggir jalan dekat pintu tol Jatibening, tidak terlalu jauh dari rumah. Meski tidak sering, kami sudah beberapa kali mampir di warung ini.

Sesudah shalat isya kami pergi ke tempat tersebut bertiga dengan si Bungsu. Malam itu ternyata kami kurang beruntung. Nasi uduk itu tidak seperti biasanya. Hambar dan tidak terasa rempah apapun. Begitu juga ayam gorengnya, tawar dan tidak enak. 

Begitu beranjak pulang dari tempat itu, aku berikrar akan membuat sendiri nasi uduk besok di rumah. Si Bungsu tersenyum tanpa komentar. Dia tahu bahwa aku sangat kecewa dengan nasi uduk yang kami makan malam itu.

Sore hari besoknya aku benar-benar melakukannya. Nasi uduk, ayam goreng bumbu dan sambel. Nasi uduk itu tidak sulit bumbunya. Beras ditanak dengan bumbu yang terdiri dari tiga batang serai dimemarkan, 4 lembar daun salam, 4 lembar daun jeruk, santan kental dan garam. Periuknya dijerangkan di atas kompor sampai air nasi mendidih, lalu diaduk-aduk beberapa saat. Terakhir dipindahkan ke rice cooker sampai sempurna masaknya. Selesai. Bau harum nasi uduk ini berhamburan dalam rumah

Ayam bumbu adalah potongan daging ayam direbus dengan bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas  yang diblender plus garam secukupnya. Merebusnya cukup sampai air rebusannya mendidih untuk beberapa menit. Seterusnya ayam bumbu itu digoreng sampai agak kering. Bagian ini dikerjakan oleh istriku.

Sambel adalah gabungan antara cabe yang sudah digiling, bawang merah dan tomat, ditambah garam secukupnya, lalu di goreng dengan sedikit minyak goreng atau bisa juga dikukus.  Peraskan sedikit asam jeruk.

Semua pekerjaan itu dilakukan sepulang dari shalat maghrib dalam waktu sekitar 40 menit. Dan kami makan sesudah shalat isya. Sayurnya ketimun dan daun selada mentah. Dan tentu saja ini adalah nasi uduk yang sangat jauh berbeda rasanya dengan yang kami makan kemarin. 

Sebagian nasi uduk itu di kirim ke rumah depan. Cucu-cucu yang sudah makan malam,  kembali makan dengan sangat bersemangat. Mantap ini, kata mereka.   

Ketika kecewa dengan makanan di luar (entah di restoran atau kedai pinggir jalan) aku biasanya terpancing untuk membuat masakan yang sama di rumah.

****     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar