Kucing
Kucing selalu ramai di komplek ini. Umumnya kucing tak bertuan, bukan kucing peliharaan. Meski ada seorang ibu di sini yang agak istimewa, menampung banyak sekali kucing-kucing kampung itu di rumahnya. Tapi selain si ibu yang istimewa itu, banyak juga warga lain yang memberi perhatian dengan memberi makan kucing-kucing lepas itu. Termasuk kami. Maka tidak aneh, di komplek kami ini berkeliaran banyak sekali kucing.
Suatu ketika dulu, sekitar sepuluh tahun yang lalu atau mungkin lebih, jumlah kucing yang datang minta makan ke rumah kami sampai lebih sepuluh ekor. Mulai dengan seekor induk yang beranak dan membawa anaknya dan kemudian di antara anak-anaknya itu ada yang beranak pula. Kucing-kucing itu boleh berkeliaran di pekarangan tapi tidak boleh masuk rumah. Aku sengaja membuat aturan seperti itu untuk menghindari bau pesing kotoran kucing dalam rumah. Dan alhamdulillah aturan itu dipatuhi. Kucing yang sudah sangat banyak itu akhirnya satu persatu meninggalkan kami. Yang paling duluan pergi adalah kucing-kucing jantan. Sangat menyedihkan lagi ketika seekor induk dan dua ekor anaknya mati di teras rumah kami, yang kelihatannya akibat termakan racun tikus.
Lama sesudah itu kami tidak menjamu kucing-kucing.
Sekitar lima tahun yang lalu, ada seekor induk kucing mati tertabrak mobil di persimpangan jalan menuju mesjid. Aku melihat bangkai kucing itu terkapar waktu akan ke mesjid shalat subuh. Yang mengenaskan, induk kucing itu punya empat ekor anak yang masih kecil-kecil. Aku bercerita tentang kucing dan anak-anak kucing malang itu di rumah. Si Bungsu kebetulan sedang di rumah (dia tinggal di Bandung waktu itu). Langsung saja dia pergi menjemput dan mengamankan keempat anak kucing tadi. Namun malang sekali dua ekor kembali tergilas mobil dalam dua hari berurutan. Si Bungsu kesal dan sedih. Dua anak kucing kecil yang tinggal dipeliharanya hati-hati. Dibawanya ke Bandung kalau dia sedang di Bandung dan dibawanya kembali pulang kalau dia pulang. Malang lagi, satu dari kedua ekor kucing yang sudah mulai besar itu dicuri orang di Bandung. Tinggal satu ekor. Dia adalah yang di foto paling atas.
Besoknya dan bahkan dua hari kemudian kucing itu masih dalam posisi duduk seperti sebelumnya di tempat yang sama. Makanan di depannya sepertinya tidak dimakannya. Hari ketiga itu si Bungsu yang baru pulang dari mengunjungi kakaknya di Pau melihatnya, mengira bahwa itu adalah si Kuka. Aku jelaskan bahwa itu adalah kucing lain. Si Bungsu segera melarikannya lagi ke dokter hewan. Kucing itu harus diopname (nah lho!). Dia bayar biaya perawatan dan dipesan seandainya dia sembuh agar di lepas saja, karena itu bukan kucingnya.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar