Rabu, 25 Mei 2016

Apa Sebenarnya Yang Kita Cari?

Apa Sebenarnya Yang Kita Cari?    

Seorang bapak-bapak berusia sekitar 70 tahunan, tiba-tiba, dengan ketetapan Allah, jatuh sakit. Dia kena stroke. Padahal, dia adalah seorang yang sangat aktif dalam  mengurus sebuah usaha ekspedisi. Dia menyukai pekerjaannya dan sangat bangga dengan pencapaian usahanya tersebut. Karena penyakitnya, separuh tubuhnya lemah, dan dia terpaksa dirawat di rumah sakit. Dalam sakitnya itu, dia mengeluh bahwa masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kami tanyakan, bukankah ada anaknya yang  mewakilinya di kantor untuk melanjutkan pekerjaan? Dia bilang, dia tidak seratus persen mempercayai kemampuan anaknya itu. 

Dengan sangat hati-hati kami coba mengingatkan, bahwa ini adalah kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta. Di usia yang sudah lebih tujuh puluh tahun, mungkin lebih baik baginya untuk memperbanyak ibadah. Dalam keadaan sakit sekarang ini agar dia berusaha banyak-banyak berzikir, mengingat Allah, dan banyak beristighfar. Jawabnya, bahwa selama ini dia tidak pernah lupa menjalankan perintah agama. Mungkin benar demikian, walau barangkali ibadahnya tidak maksimal. Katakanlah misalnya dalam mengerjakan shalat, apakah dia mampu melaksanakannya di awal waktu dan berjamaah di mesjid? Dengan jujur diakuinya bahwa itu tidak terpikirkan olehnya selama ini. 

Ada saja orang yang sedemikian rupa getolnya mencari harta. Sepertinya, apa yang sudah diperolehnya, meskipun terlihat sudah jauh lebih dari cukup, masih saja belum memuaskannya. Apalagi ketika dia tahu bagaimana cara mengalirkan rezeki itu ke pundi-pundinya. Usahanya, atau perdagangannya sedemikian mengasyikkan dan keuntungan selalu datang. Akibatnya, dia semakin mencintai usahanya itu lebih dari yang lain. Bahkan lebih dari mencintai dan memelihara dirinya sendiri. Dia menjadi pecandu 'kerja'. Workaholic kata orang sana. Akibat sampingan dari cara hidupnya, maka kesehatannya terganggu. Seperti contoh kita di atas.

Pernahkah kita bertanya kepada diri kita, apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Ketika kita bersusah payah mencari nafkah. Mencari rezeki, dengan berbagai macam cara. Ada yang jadi pedagang, jadi petani, jadi pegawai dan sebagainya. Ada yang tidak henti-hentinya mengumpulkan uang. Mencari, mendapatkan, mengumpulkan, mencari lagi, mengumpulkan lagi yang lebih banyak. Sebagian digunakan untuk kenyamanan nafsu di dunia. Kenyamanan nafsu, karena banyak juga kejadian, fisiknya tidak sempat menikmatinya. Uang yang berhasil dikumpulkannya tidak terhingga banyaknya, tetapi untuk makan dia harus berpantang banyak sekali. Salah-salah makan, berbagai macam penyakit segera menderanya. Rumahnya bak istana besar dan mewah, tapi dia hampir tidak pernah mampu mendapatkan nikmatnya tidur. Untuk tidur dia harus menelan obat-obat tertentu.

Maka, kenapa kita tidak menjadi 'orang pertengahan' saja. Mencari rezeki secukupnya dan mensyukuri setiap rezeki yang diperoleh itu dengan sebaik-baiknya. Memahami kapan kita harus berhenti bekerja dan kapan kita harus lebih baik dalam beribadah. Karena usia kita sangat terbatas. Bukankah ketika kita mati, kita tidak akan membawa kekayaan yang selama ini kita kumpulkan, ke dalam kubur.  

****                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar