Jumat, 18 September 2015

Nostalgia

Nostalgia    

Jauh berjalan, banyak yang dilihat - lama hidup, banyak yang dirasai. Begitu kata-kata bijak orang Melayu. Arti harfiyahnya memang seperti yang terungkap itu. Semakin banyak kita berjalan, semakin beragam pemandangan yang kita lihat. Ada yang cantik memukau, tapi ada pula yang gersang melelahkan. Demikian pula halnya, makin lama kita hidup, makin banyak pengalaman. Berbagai hal pernah menghampiri kehidupan kita. Makin banyak suka dan duka kita lalui. Pasti ada kedua-duanya, ada yang indah-indah, yang rasanya ingin kita kembali bersamanya. Ada yang getir. Yang pahit, yang kita ingin melupakannya tapi tidak bisa.  

Pengalaman yang indah di tempat yang indah senantiasa menjadi kenangan. Kita menyebutnya nostalgia. Ingin rasanya hati kembali lagi ke keadaan seperti itu. Dengan segala keindahannya. Dengan segala keelokannya. Tapi tentu saja tidak mungkin. Karena yang sudah berlalu itu sudah tertinggal di belakang. Bahkan untuk menirunya, membuat sesuatu yang menyerupai keindahan yang dulu pernah dialami, tidak akan mudah. Banyak faktor yang sudah berubah. 

Sebaliknya, pengalaman buruk, di tempat yang buruk, yang mungkin pernah kita alami senantiasa terbayang seperti mimpi buruk. Di satu sisi kita ingin melupakannya, tapi bayangan buruk itu tidak pernah enyah dari pikiran. Di sisi lain kita sepantasnya bisa mensyukuri bahwa pengalaman buruk tersebut telah berlalu. Kita berkesempatan untuk mengobati lukanya atau kepahitan yang terkandung di dalamnya. 

Apapun pengalaman masa lalu yang pernah mampir ke dalam kehidupan kita, itulah takdir Allah. Baik yang indah ataupun yang buruk sama-sama berpotensi melibatkan kita ke dalam dosa atau sebaliknya pahala di hadapan Allah. Ada masa-masa yang kita kenang sebagai masa indah, ketika kita sedang memadu kasih dengan pacar (belum resmi menjadi pasangan hidup), padahal yang kita perbuat waktu itu adalah kemaksiatan. Ada masa kelam dalam kehidupan ketika kita dihukum karena kelalaian kita. Keikhlasan kita menerima hukuman, setelah menyadari kekeliruan yang kita perbuat merupakan sebuah kebaikan untuk kita. 

Memang, jauh berjalan banyak yang sudah dilihat, lama hidup banyak yang sudah dirasakan. Mari kita hitung-hitung semua pengalaman hidup, yang baik ataupun yang buruk, untuk menghadapi kehidupan akhirat nanti. Untuk setiap kekurangan dan dosa yang pernah kita lakukan, kita minta ampun kepada Allah. Untuk setiap kebajikan, kita mohon kiranya Allah meridhainya. Dan kiranya Allah memelihara kita untuk senantiasa taat kepada-Nya sampai akhir hayat kita. Mudah-mudahan nanti di akhirat sana, kita bisa bernostalgia dengan amalan-amalan yang pernah kita lakukan dalam kehidupan di dunia ini.

****                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar