Jumat, 05 Juni 2015

Listrik

Listrik 

Seorang rekan menulis di Facebook tentang kenaikan tarif listrik sebesar 7% di bulan Mai dan dinaikkan lagi di bulan Juni. Benarkah 7%? Rekan lain memberikan info yang lebih detil bahwa di bulan April dia bayar tagihan listrik Rp 465 ribu lalu bulan Mai dia harus membayar Rp 595 ribu. Kenaikan hampir 28%...... Mungkin juga komentar teman yang terakhir ini dikarenakan pemakaian listriknya lebih banyak di bulan terakhir dibandingkan bulan sebelumnya. Yang pasti memang ada kenaikan. Paling kurang 7% seperti informasi pertama atau bahkan mungkin lebih dari itu. 

Memang beginilah hebatnya negara kita sejak dulu. Pemerintah selalu saja punya alasan untuk menaikkan harga kebutuhan masyarakat banyak. Naiknya harga 'jualan' pemerintah, entah BBM, entah tarif listrik, pasti akan berimbas langsung dengan kenaikan harga-harga kebutuhan lainnya. Akibat harga-harga barang naik terjadi inflasi. Akibat kebanyakan inflasi nilai rupiah merosot. Akibat nilai rupiah merosot, pemerintah menaikkan lagi harga jualannya. Begitu terus menerus.   
 
Listrik yang dijual PLN itu memang terpaksa berbiaya mahal, karena semua mesin untuk menghasilkannya masih dibeli bulat-bulat dari negara lain. Masih belum mampukah para insinyur kita memproduksinya sendiri? Aku tidak tahu. Ada teman yang bukan ahli berkomentar, bukankah mesin itu tidak mesti tiap sebentar dibeli? Kenapa harga jual listrik harus selalu saja naik? Mungkin karena biaya bahan penggerak mesin-mesin pembangkit itu yang mahal. Ada bermacam-macam penggerak mesin pembangkit listrik. Ada yang menggunakan bahan bakar (diesel), batubara, panas bumi, tenaga air. Yang paling canggih adalah yang menggunakan tenaga nuklir. Di samping itu yang mungkin belum terlalu populer di Indonesia adalah yang menggunakan tenaga angin dan matahari. Padahal dua yang terakhir ini juga sangat melimpah di negeri kita. 

Dua jenis pembangkit listrik yang terakhir ini aku amati di sepanjang jalan ketika kami dibawa melancong ke kota-kota di sebelah selatan Spanyol maupun ke Paris. Di banyak tempat, di punggungan bukit yang tidak terlalu tinggi terlihat berbaris-baris kincir angin dengan tiga lengan. Dengan tiang beton yang kokoh dan tIngginya mencapai sekitar sepuluh meter. Begitu pula di tempat lain yang agak rata terlihat susunan pelat / lempengan kaca berwarna gelap menutupi area yang beberapa ratus meter persegi luasnya. 

Perancis menggunakan teknologi nuklir untuk menghasilkan listrik yang paling banyak. 77% dari daya listrik yang mereka hasilkan berasal dari reaktor nuklir.  Negeri Perancis termasuk negara penghasil listrik terbesar di dunia. Dan arus listrik dijual dengan harga relatif murah kepada rakyat. Di rumah anak menantuku, pemakaian daya listrik seperti tidak ada batas. Peralatan listrik seperti kompor, mesin cuci, mesin cuci piring, kulkas semua membutuhkan watt besar.

Sayangnya, penggunaan reaktor nuklir menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara sejak terjadinya bencana alam akibat gempa dan tsunami pada Maret 2011, yang merusak reaktor listrik Fukushima di Jepang. Negara kita pernah berpikir untuk membangun reaktor nuklir pembangkit listrik tapi sementara ini mungkin baru sebatas wacana. Mungkin karena di samping biayanya mahal, resiko keamanannya juga tinggi.

Sementara itu, Paraguay di Amerika Selatan memanfaatkan tenaga air dengan membendung sungai besar sebagai sarana pembangkit listrik. Bendungan Itaipu merupakan pembangkit listrik paling besar di dunia. Paraguay mampu menghasilkan daya listrik hampir sama banyak dengan yang dihasilkan Perancis. Indonesia juga sudah menggunakan metoda ini dengan membendung beberapa sungai di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Tapi hasilnya sepertinya belum maksimal. Bahkan di lapangan realisasi pemakaiannnya bisa terbalik-balik. Menurut informasi seorang saudara yang karyawan PLN, sebenarnya Sumatera sudah bisa memproduksi listrik melebihi kebutuhan pulau tersebut. Kelebihannya disalurkan ke pulau Jawa. Ironisnya di Sumatera lebih sering terjadi pemadaman listrik dibandingkan di Jawa. 

Di lingkungan Asean, Malaysia dan Vietnam adalah dua negara yang lebih baik kemampuan pengadaan listrik. Entah kapan Indonesia akan mampu menghasilkan listrik yang lebih banyak dengan biaya murah sehingga bisa menjualnya dengan murah pula kepada rakyat.

****                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar