Jumat, 18 Oktober 2013

Dieng

Dieng 

Hari Selasa tanggal 8 Oktober yang lalu, jadwal kami adalah mengunjungi Dieng. Nama yang cukup akrab tapi belum pernah aku kunjungi. Dieng yang terkenal dengan peninggalan sejarah berupa candi-candi Hindu. Yang terkenal dengan kawah-kawah uap panas, bahkan pernah menimbulkan bencana di tahun 1979 dan mengakibatkan jatuh puluhan korban meninggal akibat terhisap gas CO2 di daerah Sinila.

Kami berangkat dari Jogya sekitar jam sembilan pagi menggunakan tiga buah mobil. Mula-mula mengarah ke Magelang di sebelah utara. Melintasi jalan raya yang lumayan ramai dipenuhi beraneka kendaraan. Udara sangat cerah. Di kejauhan terlihat puncak-puncak gunung Sumbing, Sindoro yang lancip bak ujung paku. Kami sampai di Wonosobo, kota di pegunungan. Di sini kami beristirahat untuk shalat dan makan siang.  

Lalu meneruskan pendakian ke tujuan utama. Melalui jalan yang relatif sempit, berliku-liku dan mendaki. Ada mirip-miripnya dengan pendakian di Puncak. Atau dengan pendakian di Kelok 44 jalan ke Maninjau. Kami lalui pula sedikit bagian jalan yang sedang dalam perbaikan akibat longsor. Di kiri kanan terlihat kebun sayur-sayuran. Ada yang sedang dipanen. Karung dan ketiding berisi kentang dan wortel yang ditumpuk di pinggir jalan.

Tercatat di mataku mesjid-mesjid yang indah di sepanjang jalan. Ada yang persis di tepi jalan dan ada pula yang agak terjorok ke tengah kampung. Dan wajah-wajah wanita berjilbab. Subhanallah.... Kami beristirahat lagi sejenak di alun-alun Dieng. Di depan mesjid Baiturrohman. 

Setelah itu kami teruskan perjalanan di sekitar Dieng. Melihat candi-candi peninggalan masyarakat Hindu. Hujan turun rintik-rintik. Dengan menggunakan payung kami mendekat ke salah satu kawah yang  mengepul-ngepul, tidak jauh dari jalan. Tercium bau belerang. Dan terdengar bunyi gemuruh air menggelegak di bawah sana.

Berpindah pula ke telaga tiga warna. Sayangnya, di saat kami sampai di situ terlihat hanya ada satu warna kehijau-hijauan. Hujan rintik-rintik terus berlanjut. Jam lima sore, dan hari sudah menjelang senja. Kami tinggalkan Dieng, kembali mengarah pulang ke Jogya. Melalui Wonosobo. Kali ini udara pegunungan ini ditutupi oleh kabut tebal. Jadi harus ekstra hati-hati. Jam tujuh malam kami sampai di Wonosobo. Mampir dan dijamu oleh besannya adik ipar. 

Sudah hampir tengah malam ketika kami akhirnya sampai kembali di Jogya.

*****

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar