Inilah Tahun-tahun Kelam Bagi Pasa Ateh Bukit Tinggi (Dari Padangkita.com)
Padangkita.com – Terbakarnya Pasa Ateh (Pasar Atas)
Kota Bukittinggi, Senin (30/10/2017) bukanlah kali pertama yang tercatat
dalam sejarah. Setidaknya telah 4 kali Pasa Ateh mengalami kebakaran
dan akhirnya dibangun kembali.
Dalam catatan sejarahnya, Pasa Ateh mengaliri sejarah Bukittinggi,
melintasi di tiga zaman berbeda; era kolonial Belanda, masa Jepang, dan
masa kemerdekaan. Lebih dari sekedar menjadi lini ekonomi Bukittinggi,
Pasa Ateh adalah harga diri orang Agam Tuo. Bukan sekedar orang Kurai
saja. Pasa Ateh adalah hegemoni ekonomi masyarakat. Walikota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias mengatakan Pasa Ateh
pernah terbakar beberapa kali, yakni pada tahun 1972, 1995, 1997 dan 2017. Dan
kebakaran yang terjadi kemarin, merupakan kebakaran terbesar dengan
total kerugian mencapai triliunan rupiah.
Ramlan menjelaskan pasa Ateh pertama kali terbakar pada tahun 1972.
Presiden Soeharto langsung membangun ulang pasa Ateh dan selesai pada
tahun 1974. Dana yang digunakan untuk pembangunan kembali pasa Ateh
tersebut berasal dari pemerintah pusat.
“Dulu pasar ini terbakar pada tahun 1972. Di tahun itu pula pasar ini
dibangun dan selesai pada tahun 1974,” katanya kepada wartawan, Senin
(30/10/2017). Pada tahun 1972 tersebut, Pasa Ateh yang waktu itu masih bernama los
galuang mengalami kebakaran, semua kios yang ada baik di bagian depan
maupun belakang pasar hangus dimakan api.
Pada proses pembangunannya, toko dibuat dengan beberapa blok yang
dikenal dengan blok A, B, C dan D yang dibangun dua lantai. Awalnya
berjumlah ratusan petak dibangun menjadi dua tingkat dengan jumlah
sekitar 400-500 petak kios atau toko.
28 tahun berselang, tepatnya pada tahun 1995, api kembali meluluh
lantakan Pasa Ateh. Kebakaran kali ini diduga berasal dari ledakan
kompor yang terjadi di lantai 1 blok C. Kebakaran ini menghanguskan
semua petak toko yang ada di Pasa Ateh. Selain itu, terdapat 5 korban
jiwa dalam peristiwa tersebut.
Pasa Ateh kemudian dibangun dengan dana dari pemerintah pusat dan
provinsi Sumatera Barat. Meskipun pembangunan hanya bersifat
merehabilitasi bangunan yang telah terbakar. Hal ini karena permintaan
dari para pedagang itu sendiri. Padahal, pemerintah kota Bukittinggi
ingin sekali membangun baru pasar tersebut.
Rehabilitasi bangunan bekas terbakar memakan waktu hampir satu tahun.
Setelah rehab tersebut jumlah petak toko dan kios menjadi bertambah
sekitar 790 petak toko dengan menambah 3 blok yakni blok D, E dan F.
Namun, 2 tahun berselang, tepatnya pada bulan Agustus 1997, kebakaran
kembali terjadi di pasa Ateh. Kejadian ini diperkirakan terjadi sekira
pukul 05.00 WIB. Hampir semua petak toko dan kios musnah terbakar termasuk kios pedagang kaki lima yang berada di sekitar pusat bangunan Pasa Ateh ikut
hangus terbakar.
Terakhir Pasa Ateh terbakar pada, Senin (30/10/2017) sekira pukul
06.30 WIB. Kapolres Kota Bukittinggi AKBP Arly Jember mengatakan
kebakaran mulai terjadi pukul 5.30 WIB pada Senin (30/10/2017) dinihari,
dengan dugaan sementara akibat percikan api dari trafo listrik di salah
satu toko di Blok C.
“Dari keterangan sejumlah saksi yang berasal dari penjaga pasar,
dugaan sementara akibat percikan api dari trafo di salah satu toko di
Blok C,” katanya. Menurutnya, dari percikan api itu maka kemudian api merembet melalui
kabel ke gardu listrik di lokasi itu, hingga menyebabkan ledakan.
Kebakaran itu menyebabkan lebih dari 1.000 toko dan kios pedagang
ludes terbakar. Dengan total kerugian diperkirakan berkisar Rp1,5
triliun. Toko-toko yang terbakar itu umumnya berada di lantai 2 dan lantai 3, toko milik pedagang hangus terbakar beserta isinya.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno meminta para
pedagang yang toko dan lapaknya terbakar untuk bersabar dan tabah
menghadapi persitiwa tersebut.
“Mohon kepada pedagang, bersabar. Ini musibah. Kita harus menerima
sebagai kenyataan, dan kami juga tidak bisa berbuat banyak,” ujarnya.
(Aidil Sikumbang)