Subhanallah, Di Dunia Semut ‘Pendusta’ di Hukum Mati (Kisah Nyata)
Akhwatmuslimah.com
Seorang Mufti Masjidil Haram, mengisahkan kisah nyatanya sendiri, dia berkata :
Pada suatu kesempatan, aku duduk di sebuah tempat, Kupalingkan
pandanganku kesana kemari melihat makhluk-makhluk Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Akupun terkagum-kagum dengan ciptaan ar-Rahman Subhanahu Wa
Ta’ala. Seekor semut menarik perhatianku. Dia berkeliaran di sekitarku
untuk mencari sesuatu, mencari, dan mencari. Tidak merasa terbebani,
juga tidak bosan.
Di tengah-tengah pencariannya, dia menemukan sisa-sisa bangkai
belalang, tepatnya adalah kaki belalang. Diapun menyeretnya, dan
menyeretnya, dan berusaha untuk membawanya ke tempat tertentu yang telah
ditentukan oleh hukum mereka di dunia semut. Dia sudah banyak berusaha
dalam usahanya tersebut. Setelah beberapa waktu, dan kesungguhan, dia
merasa tidak bisa membawa kaki belalang tersebut. Lalu dia tinggalkan
buruan berharga tersebut, kemudian pergi ke suatu tempat yang tidak
kuketahui, dan diapun menghilang.
Selang beberapa waktu, dia kembali bersama dengan sejumlah besar
semut. Di saat aku melihat kemana mereka menuju, aku tahu bahwa semut
yang tadi telah mengajak mereka semua untuk membantunya mengangkat apa
yang tidak mampu dia angkat. Akupun ingin hiburan sedikit, kuambil kaki
belalang tersebut, lalu kusembunyikan.
Maka dia dan semut-semut lain yang bersamanya mencari kaki tersebut,
mereka mencarinya kesana kemari tanpa ada hasil, hingga mereka putus asa
akan keberadaannya, lalu merekapun pergi meninggalkan tempat tersebut.
Setelah itu, semut yang pertama datang kembali sendirian menuju tempat
tadi. Sebelum dia sampai pada tempat tadi, kukembalikan kaki belalang di
hadapannya.
Maka mulailah dia mengitari dan melihat di sekelilingnya. Lalu dia
berusaha untuk menyeretnya lagi, berusaha dan berusaha, hingga dia
merasa lemah. Kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu sekali lagi.
Akupun yakin bahwa dia pergi untuk memanggil kabilah semutnya guna
membantunya untuk mengangkat kaki belalang yang ditemukannya tersebut.
Setelah itu, datanglah sekumpulan semut bersama semut tadi, dan
kukira itu adalah kelompok semut yang sama seperti tadi!! Mereka pun
datang, dan saat aku melihat mereka berjalan di belakang semut pertama
menuju tempat tadi, akupun banyak tertawa, lalu kuambil kaki belalang
dan kusembunyikan dari mereka sekali lagi. Merekapun mencari kesana
kemari, mereka mencari dengan penuh keikhlasan.
Demikian pula semut tadi mencari dengan sepenuh semangat dan
keyakinannya, berputar kesana kemari, melihat ke kanan dan ke kiri, agar
melihat sesuatu, akan tetapi tidak ada sesuatupun. Pada saat seperti
ini, terjadilah sesuatu yang aneh. Sekumpulan semut itu berkumpul
bersama yang lain setelah mereka bosan mencari, dan diantara mereka
terdapat semut yang pertama. Kemudian tiba-tiba mereka menyerangnya,
lalu memotong-motongnya secara ganas di hadapanku. Dan demi Allah, aku
melihat kepada mereka, sementara aku ada pada keterkejutan yang besar.
Apa yang terjadi membuatku takut… mereka membunuhnya… mereka
memotong-motongnya di hadapanku. Astaghfirullah! Ya, mereka
memotong-motongnya di hadapanku… dia terbunuh karena aku… mereka
membunuhnya karena mereka menyangka bahwa dia telah berdusta kepada
mereka!!! SubhanAllah, hingga bangsa semut memandang dusta sebagai aib,
dan kekurangan, bahkan dosa besar yang pelakunya dihukum bunuh!! Semut
menganggap dusta adalah sebuah kejahatan, dan memberikan hukuman
atasnya!!
Maka bagaimana jika dusta itu membawa keburukan, atau keragu-raguan
yang di belakangnya akan timbul fitnah, peperangan, dan kehancuran rumah
tangga?! Serta penderitaan rakyat banyak karena para wakil rakyat yang
dipilih ternyata mendustai rakyatnya dengan korupsi, nepotisme, dll.
serta pemimpin negara ini mendustai dan mendurhakai hukum Allah yang
wajib diterapkan… Maka dimanakah orang yang bisa mengambil pelajaran
dari semut kecil ini ? Subhanallah…
“Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya (dusta) dan pencurian (korup). Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” (HR. Ath- Thabrani)
****
Sumber: Sofii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar