Sabtu, 26 November 2011

Undangan Walimahan

Undangan Walimahan 

Siang ini kami menghadiri pesta pernikahan anak seorang teman. Undangan, yang apa boleh buat, dikirim melalui sms, tapi dengan kalimat yang sangat santun. Dan aku merasa sangat perlu menghadirinya. Bukan pesta ecek-ecek. Tempatnya di Pullman hotel di Podomoro City di Jakarta Barat. Kalau tempat pestanya saja sangat berkelas (memang begitu adanya) kenapa dong, kok undangannya melalui sms? Jangan-jangan memang sekedar basa-basi karena teringat di saat-saat terakhir saja oleh yang punya hajat? Aku yakin tidak.

Ku awali cerita ini agak jauh ke belakang. Ke tahun 1986 - 1987 an. Ketika itu, perusahaan tempat aku bekerja melalui masa di mana harga minyak mentah turun, dari 30 dolar ke sekitar 10 dolar per barrel. Akibatnya, kegiatan pengeboran sumur minyak yang tadinya menggebu-gebu, dengan menggunakan sepuluh buah menara pengeboran, direm mendadak, dan jumlahnya sedang dikurangi. Setiap menara pengeboran itu diawasi oleh satu orang ahli geologi operasional. Ada sebelas orang ahli geologi nasional dan dua orang asing yang bekerja bersama-sama. Ahli nasional nomor sebelas baru saja diangkat dan sedang dalam masa percobaan tiga bulan ketika krisis harga minyak itu terjadi. Suatu hari aku menerima surat keputusan perusahaan untuk disampaikan kepada si nomor sebelas. Isinya, yang bersangkutan dinyatakan tidak lulus masa percobaan. Aku terheran-heran karena aku tidak pernah memberi penilaian negatif terhadap pekerjaannya. Rupanya yang memberikan penilaian negatif adalah wakilku, orang asing, dan itu dilakukannya ketika aku sedang cuti. Aku datangi manejer distrik untuk menjelaskan bahwa penilaian terhadap kawan ini tidak fair. Dia seorang yang sangat potensial, lulus cum laude dari PT nya. Si manejer mengatakan, bahwa sebenarnya bukan itu masalahnya. Dengan situasi harga minyak mentah waktu itu, kita perlu merasionalisasi jumlah tenaga, begitu alasannya. Bagaimana pun aku berusaha meyakinkan si manejer distrik itu, dia tetap tidak mau merobah keputusan yang sudah ditandatanganinya. 

Kawan paling muda itu, apa boleh buat terpaksa pamit mundur. Dengan sedih. Karena kami, khususnya yang nasional, pada waktu itu sangat kompak dan guyub dalam pergaulan dan pekerjaan.

Sekitar tahun 1989, ketika aku kembali dari Perancis dan kembali menduduki posisi yang sama di kantor, dan aku lihat waktu itu kami memerlukan tenaga tambahan lagi, aku teringat kepada kawan muda dahulu itu. Aku jelaskan niatku untuk mencoba menghubunginya lagi kepada perusahaan. Mulanya perusahaan seperti setuju. Dan kawan itu aku hubungi. Dia mengatakan masih berminat untuk bergabung jika memang mungkin. Tapi sayang, ternyata tidak berhasil. Perusahaan memutuskan agar mencari kandidat lain saja. 

Beberapa tahun yang lalu, aku dengar bahwa teman tersebut bekerja di salah satu Bank BUMN dan karirnya sangat bagus di sana. Kenapa tidak, pikirku. Memang banyak saja teman-teman berpendidikan geologi yang sukses di bidang lain. Setahun yang lalu, secara kebetulan aku bertemu dengannya di pesta pernikahan anak teman lain (salah satu dari sepuluh ahli geologi operasional yang lain). Sudah lebih dua puluh tahun sejak kami berpisah. Dia memberiku kartu namanya. Vice President. Bukan main, kataku. Dia tersenyum ramah dan meminta nomor teleponku. Kebetulan, hapeku tertinggal, dan aku berjanji akan menghubunginya. 

Aku betul-betul menghubunginya. Setelah itu kami pernah saling berkirim ucapan selamat hari raya.

Dua hari yang lalu aku menerima sms darinya. Itulah sms undangan yang aku datangi hari ini. Teringat saja pantun dendang tukang Kim di negeriku dulu. Batu sangkar berlantai batu - Tanah jual, lebuh bersilang. Nasib kita siapa tahu - Sekarang susah, nanti 'kan senang. 

*****         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar